AKTIVIS RELAWAN MAHASISWA INDONESIA

TMII

TMII

Rabu, 01 Desember 2010

10 Pedoman untuk BERPIKIR POSITIF

Dalam bukunya, Dorman & Maxwell mengemukakan 10 (sepuluh) Hukum & Pedoman untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan BERPIKIR POSITIF, yaitu :

1. Bertindak, berjalan, berbicara dan berpikir seperti orang yang Anda sangat kagumi.SIKAP Anda akan mengiringi TINDAKAN Anda ! TINDAKAN yang POSITIF akan membentuk PIKIRAN yang positif, dan PIKIRAN positif akan membentuk SIKAP yang positif.

2. Tanamkan dalam benak Anda pikiran - pikiran positif dan sukses. Pusatkan pikiran Anda pada hal - hal yang positif dan kesuksesan. Jangan membiarkan PIKIRAN NEGATIF mencemarinya.

3. Pancarkanlah SIKAP yang BAIK, perasaan yakin, dan tujuan Anda. Milikilah keyakinan di dalam diri dan timbulkan perasaan yang lebih mantap terhadap TUJUAN HIDUP, karena hal ini akan sangat membantu Anda memiliki HUBUNGAN yang POSITIF dengan ORANG LAIN.

4. Perlakukanlah setiap orang yang Anda jumpai sebagai ORANG YANG PALING PENTING.Luangkanlah waktu Anda sejenak dan berikanlah perhatian kepada orang lain yang Anda jumpai, hal ini akan membuat orang lain senang dan akan memberikan NILAI TAMBAH kepada (pribadi) ANDA.

5.Usahakan agar orang yang Anda temui MERASA DIBUTUHKAN, diperlakukan MANUSIAWI, dan DIHARGAI. Sikap yang Anda berikan kepada orang lain adalah sikap yang akan Anda DAPATKAN dari ORANG LAIN.

6. Lihatlah hal - hal TERBAIK dalam DIRI SETIAP ORANG. Dengan Anda melihat hal - hal terbaik dalam diri orang lain, maka mereka akan berusaha menjadi lebih baik lagi. Dari sini, akan tercipta SUASANA yang POSITIF dan PRODUKTIF.

7. Jangan ungkapkan KONDISI KESEHATAN ANDA, kecuali jika Anda sedang dalam kondisi yang baik. Apabila Anda SELALU MENGELUHKAN Keadaan, Anda akan menyebabkan ORANG LAIN meresa BOSAN dan JENUH, yang pada akhirnya akan MENGHINDAR dari ANDA.

8. Carilah yang TERBAIK dalam SETIAP GAGASAN BARU yang muncul. Dengan selalu BERUSAHA mencari gagasan - gagasan baru akan meningkatkan kemampuan menuju KESUKSESAN. Seperti yang dikatakan oleh penulis terkenal, Albert Hugo : "TIDAK ADA YANG LEBIH HEBAT DARIPADA SEBUAH GAGASAN YANG DATANG TEPAT WAKTUNYA !".

9. Hindarilah hal- hal sepele. Kalau Anda SELALU MEMIKIRKAN hal - hal sepele, maka akan membuat Anda MENYIMPANG dari TUJUAN dan PRIORITAS UTAMA ANDA.

10. Kembangkanlah dalam diri Anda, MENTAL UNTUK MEMBERI. Dengan Anda selalu MEMENTINGKAN ORANG LAIN , akan membantu menumbuhkan POLA PIKIR yang POSITIF

APLIKASI PENYEMBUHAN KECANDUAN NARKOBA DENGAN JALAN TAREKAT

BAB. I TARIKAT
A.SEJARAH TARIKAT
Lalu, kapan timbulnya tarekat ? Latar belakang lahirnya tarekat (thariqah) pada abad 3 dan 4 H, saat Baghdad makmur, pada saat itu kehidupan dunia lebih mencolok dari kehidupan ukhrowi, sehingga banyak terjadi dekadensi moral. Para ulama berusaha mengembalikan moral kepada moral Islami, dengan cara mengajar dan melatih syariat Islam dan mencoba meresapkannya ke dalam lubuk sanubari melalui jalan “tarekat” yang selanjutnya tarekat menjadi semacam perkumpulan amal yang dipimpin oleh seorang mursyid atau guru atau Syaikh dalam sebuah ribath atau zawiyah (pondokan).
Selanjutnya abad 6 dan 7 H (Masehi abad 12 dan 13) jaringan tarekat meluas keseluruh penjuru dunia Islam. Nama-namanya berbeda sesuai dengan pendirinya. Namun dalam kenyataannya mereka memiliki tujuan yang sama, yang berbeda hanya masalah praktek, seperti pakaian, wirid, dzikr dan hisib. Sepintas mirip sekolah yang bertujuan sama dalam hal tujuan pendidikan rohani, yang berbeda adalah sarana prakteknya, sehingga perbedaan gaya dan metode yang dibuat oleh sang guru agar pendidikannya itu efektif.
Dari gambaran waktu sejarah itu ada jeda sekitar 150 tahunan, dari awal kelahiran tasawuf dibandingkan dengan awal tharekat berdiri. Mari kita coba urai kejadian apa saja selama 150 tahun itu :
Sebenarnya ini juga sulit mengurainya, karena masing corak dan sejarahnya tasawuf itu berbeda antara satu dengan lainnya ( tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi, tasawuf suni, tasawuf amali) maka untuk kemudahan bicara kita asumsikan hanya satu tasawuf secara umum saja :
Berikut adalah kejadian-kejadian penting yang perlu diketahui :
•Abad 1 H, Pembaiatan Hasan Bin Ali membaiat Muawiyah sebagai khalifah, para sahabat Sayidina Ali memisahkan diri , ini awal kaum muktazilah awal.
•Mereka yang memisahkan diri enggan berperang dengan Sayidina Ali, mereka berkata “Tidak sah memerangi Ali dan berperang bersamanya”, mereka adalah awal kaum muktazilah.
Diantaranya : Saad bin Malik, Abdullah bin Umar, Usamah Ibn Zaid dll.
•Abad 1 H, masa pembentukan, Hasan Bashri (wafat 110 H) ajarannya khauf, mempertebal takut kepada Tuhan, memperbaharui kerohanian muslim. Bibit tasawuf mulai muncul, dibuat garis-garis besar tharikat, jalan ibadah sudah mulai disusun, berlaku zuhud, mencela dunia.
•Rabi'ah Al Dawiyah (wafat 185 H) terkenal dengan ajaran cintanya terhadap Tuhan, ini merupakan cikal bakal filosof abad ke 3 dan 4, merupakan pendahuluan tasawuf falsafi dengan membuat kedalaman analisis.
•Abad 2, tasawuf tidak jauh berbeda corak kezuhudannya, walaupun penyebabnya berbeda
•Abad 3 dan 4 H, memiliki corak berbeda sekali dengan tasawuf sebelumnya. Tasawuf bercorak ke fanaan, yang menjurus kepada persatuan hamba dengan Khaliq.
Hidup dijaman ini Abu Yazid Al Bustami (261 H), pembahasannya : Fana fi Al Mahbub, Ittihad bi Al Mahbub, musyahadah (melihat Tuhan), bertemu Tuhan (liqo), Ana Al Haq, hulul (Al Hallaj zaman ini juga).
•Akhir abad ke 3, mulai pembahasan wahdat Al Wujud, Wahdat al Syuhud (kesatuan saksi), berhubungan dengan Tuhan (ittishal), Keindahan dan kesempurnaan Tuhan (Jamal wa Kamal), manusia sempurna (Insan Kamil) dan latihan teratur (Riyadhah)
•Junaid Al Baghdadi mulai meletakkan dasar-dasar ajaran tasawuf dan Thariqah, cara belajar mengajar tasawuf (Ini era 3-4 H), mursyid, murid, sehingga dia dinamakan Syaikh Ath Thaifah (ketua rombongan suci).
Disini letak perbincangan kita berada, anda membahas di sini (abad 3-4), saya membahas abad pertengahan. Membuatnya tidaklah klop pembahasan dan tidak satu bahasa.Timbul pertanyaan terakhir, pada kenyataannya bahwa hampir semua tarekat mu'tabarah mencantumkan Imam Ali dalam silsilah nya?
Tarekat Mu'tabarah adalah tarekat yang dianggap benar atau yang masih mendapat hitungan baik karena ajarannya benar sumber pada Al Quran dan Sunah Rasul, memiliki sambungan sanad dengan ajaran Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar, karena hanya ke dua sahabat itu sajalah yang mendapatkan ilmu secara khusus (talkin) langsung dari Nabi Muhammad yang mendapatkan ilmunya langsung dari Malaikat Jibril dan Allah SWT. Pembaiatan Hasan Bin Ali membaiat Muawiyah sebagai khalifah, disinilah awal muawal Sunni Syiah bersatu didalam silsilah Ali.

B.PENGERTIAN TARIKAT
Dari segi bahasa tarikat berasal dari bahasa arab al-thariqat yang artinya cara,jalan, jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Jadi dalam tasawuf tarekat adalah cara, metode, atau jalan yang dilakukan para sufi guna mensucikan hati, mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam qolbu. Di setiap kalagan memiliki pengertian yang berbeda-beda diantaranya adalah:
1.Jamil Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berartijalan yang terang, lurus yang memugkinkan sampai pada tujuan.
2.Menurut kalangan Muhaddisin tarikat digambarkan dalam dua arti yang asasi:
a.Pertama menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar)
b.Kedua didasarkan pada sistem yang jelas dibatasi sebelumnya.
3. Mustafa Zahri mengatakan tarikat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadahsesuai dengan ibadah yang di contohkan oleh nabi Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi’in dan tabi’it serta turun temurunya sampai pada masa kini.
4. Di kalangan Sufiyah, arikat adalah berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh iklas semata-mata mengharapkan dapat brtemu dan bersatu secara ruhiyah dengan Allah.
5.Harun Nasution mengatakan tarikat adalah jalan yang harus di tempu oleh seorang sufi dalam tujuan berada dengan Allah.
6.Buya Hamka mengatakan diantara makhluk dan khalik ada perjalanan hidup yang harus ditempuh. Inilah yang kita katakan tarikat.
Dengan memperhatikan dari berbagai pendapat tersebut diatas, kiranya dapat di ketahui bahwa yang dimaksud denga tarikat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya di sertai dengan penghayatan yang mendalam.
C.TUJUAN TARIKAT
Dalam amalannya tarikat di tujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mugkin (secara rohaniah) dengan Allah. Tujuan tarekat adalah mempelajari kesalahan-kesalahan pribadi baik dalam melakukan hubungan dengan Allah maupun dengan manusia dan memperbaiki kesalahan-kesalahan. Pekerjaan
ini dilakukan oleh mursyid yang pengetahuannya dan pengalamannya jauh lebih baik daripada murid yg akan diasuhnya dan dibawa kepada perbaikan-perbaikan yang dapat menyempurnakan keislamannya dan memberikan dia kebahagiaan dalam menempuh jalan kepada Allah.
D.KOMPONEN TAREKAT
Tarekat memilki komponen-komponen yang berguna untuk membibing kita mengapai tujuan dalam bertarikat. Komponen-komponen tersebut adalah
1.Mursyid
Mursyid secara bahasa berarti pembibing, pemandu atau guru. Dalam tarekat mursyid sebagai dokter ruhani yang mengenal berbagai penyait qolbu, memiliki kemampuan untuk memgobati dan mengembangkannya agar kita menggapai kesempurnaan. Seorang Mursyid dalam tarekat qodariyah wa nasqyabadyah di tetapkan menjadi Mursyid oleh Mursyid sebelumnya dengan pertimbangan yang matang secara lahir dan batin, setelah melihat kualitas ilmu, amal, dan ruhaninya. Dengan pola seperti ini seorang pengamal tarekat tidak dapat mengangkat dirinya menjadi Mursyid.
2.Murid
Murid berasal dari istilah kosa kata Bahasa Arab arada, yuridu, murid-an yang berarti seorang berkehendak atau mengiginkan sesuatu. Dalam tasawuf murid adalah oarang-orang yang menempi jalan, yakni orang menghendaki berjumpa dengan Allah melalui ibadah, riyadhah, mujahadah dan munajat.
3.Wirid
Wirid berasal dari kosa kata bahasa Arab, berasal dari kata kerja warada, yan berarti datang berulang-ulang. Jadi secara bahasa wirid adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang ataupun secara rutin. Menurut istilah wirid adalah dzikir yang dilakukan secara rutin dalam bacaan, waktu, cara dan tempat.
4.Bay’at
Bay’at secara bahasa berarti transaksi, perjanjian atau janji setia diantara dua orang atau dua pihak. Bay’at merupakan pranata sosial di kalangan bangsa Arab pra Islam, biasanya tejadi di antara kepala suku dan anggota suku. Menurut Al-qur’an “bahwa orang-orang yang berbay’at kepada muhammad adalah orang berjanji setia kepada Allah.
Dalam tarekat bay’at adalah konntrak belajar antara mirid dengan Mursyid. Murid berjanji terhadap dirinya sendiri untuk mengamalkan dzikir yang diajarkan guru dengan sebaik-baiknya. Janji itu hakikatnya kepada Allah bukan kepada Mursyid, sebagaimana para sahabat yang berbay’at kepada Rasulullah SAW, pada dasarnya mereka berjanji setia kepada Allah.

5. Silsilah Tarekat
Silsilah menurut bahasa adalah mata rantai yang menghubungkan rantai-rantai hingga men jadi satu-kesatuan. Dalam tarekat silsilah ialah mata rantai yang menghubungkan secara kesinambungan dalam segi ruhani antara mursyid yang satu dengan mursyid sebelumnya hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
Fungsi sislsilah adalah menjaga kesinambungan nilai keruhanian nilai sebuah tarekat dalam pengamalanya. Silsilah juga berfungsi membuktikan keabsahan nilai kerohanian sebuah tarekat, sehingga tarekat itu dikelompokkan kedalam tarekat mu’tabarah atau ghairumu’tabara.
6.Adab
Dalam komponen adab ini para pengamal tarekat harus lebih mengutamakan amaliyah daripada perdebatan tentang wacana. Para sufi bukanlah kelompok orang yang banyak bicara dan berfikir, akan tetapi mereka adalah kelomok yang memperhatikan kualitas amal dan kesucian hati.
7.Tempat
Tempat adalah suatu sarana berkumpulnya para penempuh jalan ruhani (salik), yang diberi nama Funduk atau Zawiyah, Ribath, dan Khimah (tenda, kemah). Tempat ini merupakan majelis dzikir, majelis riyadhah, dan majelis munajat para sufi, termasuk murid an mursyid. Tempat digunakan untuk pertemuan liqa’at dan halaqoh, di dalam tempat mengacu pada pengamalan.
BAB. II NARKOBA
A.PENGERTIAN NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari
'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.

Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat
yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar
kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar
batas dosis.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari
'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.
Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat
yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar
kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah diluar
batas dosis.
B.NARKOBA DAN PERMASLAHANYA
Perkembangan jaman yang begitu cepat membuat masyarakat harus mengalami perunagan yang sangat cepat damn pola-pola hidup yang serba instan. Dari perkembangan jaman yang begitu cepat banyak menimbulkan dampak ada yang negatif dan positif . Dari dampak negatif adalah berkembangnya sikap materialisme di kota-kota besar, segala sesuatu diukur dengan segala materi yang mereka punya. Orang tua sibuk sendiri mencari uang untuk kebutuhan keluarganya, yang penting ada uang dan anak diberi uang sudah cukup. Mereka berpikir segala sesuatu dapat di selesaikan denga uang. Padahal anak juga tak kalah membutuhkan pentingnya kasih sayang, perhatian, bimbingan dari orang tua.
Keadaan seperti di atas membuat orang tua melepaskan anknya dengan bebas, padahal sifat seorang anak remaja adalah serimg mencoba-coba. Melakukan hal-hal yang menentang agar dapat di akui, dikatakan hebat, jagoan dan sekadar hanya mencari perhatiaan. Pada masa-masa seperti inilah pengaruh teman sebaya lebih kuat daripada pengaruh orang tua dan guru.
Mengapa remaja banyak mengkonsumsi narkoba? Ada banyak alasan kena pa anak remaja bisa terjerumus keapada narkoba. Tetapi sebagaian besar anak renaja tidak tahu barang yang konsumsi adalah narkoba. Dan alasan tersebut dapat di golongkan menjadi tiga :
A.Alasan internal dalam dirinya
Alasan dalam diri sendiri adalah:
1.Ingin Tahu
Karena serasaan dan dorongan yang kuat untuk ingin tahu segala sesuatu yang dijumpainya atau yang diinginkanya. Karena dorongan dan keingintahuan yang besar maka mereka akan mencoba. Padahal jika mereka mencoba sekali saja mereka akan ktagihan.
2. Ingin di Anggap Hebat
Perasaan ingin diakui, di anggap hebat, ingin menjadi pusat perhatian adalah sikap-sikap yang dimiliki remaja pada masa sekarang. Sifat-sifat seperti ini membuat anak remaja merasa tertantang sehingga dia mencoba, misalnya menggunakan narkoba agar di angap hebat gantle man.
3.Rasa Setia Kawan
Rasa setia kawan bagi remaja sangat di banggakan, karena mereka sama-sama mencari identitas diri, mereka merasa senasib dan sepenangungan, mreka ikut merasakan apabila dalam satu kelompok ada yang men dapat musibah. Sifat setia kawan merupakan sifat yang positif, tetapi apabila sifat yang positif tersebut digunakan untuk hal-hal yang negatif akan berakibat buruk bagi diri dan orang lain.
4.Frustasi, Kecewa, dan Kesal
Kegagalan meraih sesuatu dapat membuat seseorang frustasi dan kecewa yang berlebihan. Jika sesuatu yang kita perjuangkan tidak berhasil, pasti kita akan kecewa. Tetapi itu berlaku hanya bagi orang yang berpikir dengan tidak berhasilnya dia mendapat apa yang di inginkan maka dia akan merasa gagal untuk selamanya, mkaka akhinya adalah kekecewaan yang ada dalam diri.
Selain itu ada interaksi anak dan orang tua yang tidak harmonis, sehingga membuat komunkasi antara mereka terputus dan terjadila miss komuniksi. Kenapa kekeliruan dalam komunikasi dapat menyebabkan kekecewaan, kekesalan, dan frustasi?.
a.Komunikasi anak dengan orang Tua.
Komunikasi satu arah dalam hal ini hanya orang tua yag berbicara maka akan dapa menimbulakkan kesalapahaman dan kekecewan dalam diri anak. Keinginan anak dan orang tua ada jurang pemisah yang jauh brbeda.
b. Komunikasi antar Anak
Kadang kala orang tua kurang bijaksana menghadapi anak-anaknya, tampa disadari mereka pilih kasih, membrda-bedakan , tidak adil, dan membandigkan atu dengan yang lainya. Dan ternyata hal-hal yang seprti itu tidak dapat dirasakan oleh orang tua yang ternyata mempunyai dampak psikologis dalam diri anak. Banyaj kasus seperti itu yang dapat membuat anak tidak termotivasi untuk memperbaiki diri, dan anak cenderung rendah diri, marah, frustasi dendam dan lainya.
B.Alasan keluarga
Keluarga adalah tempat yang paling pertama untuk mengajarkan budi pekerti kepada anak. Keluarga merupakan wahana untuk saling asah, asih, asuh. Didalam keluarga seharusnya tempat untuk mencurahkan kasih sayang, kedamaian, dan kebahagiaan. Situasi seperti apaka yang menyebabkan anak lari dari keluarga?.
1.Anak merasa kurang mendapat kasih sayang.
2.Anak sering merasa kurang dihagai, dan selalu di persalahkan.
3.Anak mengalami konflik dengan orang tua.
4.Anak kecewa karna hubungan ibu dan ayahnya kurang harmonis.
5.Karena orang tua sibuk dengan urusanya sendiri.
C.Alasan pengaruh orang luar
sebagaian besar pengguana narkona brawal dai ajakan orang lain. Ada tiga bentuk pengarih dari orang lain.
1.Tipu Daya
Dalam kenyataanya baik teman, kenalan, sahabat, atau pacar sekalipun banayk menipu. Tipuan itu sendiri juga bermacam-macam.
2.Bujuk Rayu
Pada jaman ini banyak wanita cantik yang menjadi pengedar narkoba, ataupun hostes yang khusus menjadi pengedar narkoba.
3.Paksaan
Tidak seikit anak muda yang memakai narkoba yang awalnya di ancam oleh karena itu dia tepaksa enggunakan narkoba.


C.CIRI-CIRI UMUM PRNGGUNA NARKOBA
Ada empat ciri-ciri umum penguna narkoba:
A.Masa Coba-Coba
Pada masa ini hanya mencobo-coba memakai narkoba dan hanya sekali-sekali serta gejalanya sulit di kenali.
1.Ciri Mental
a.Ada rasa malu dan takut
b.Anak menjadi lebih sensitif
c.Resah dan gelisah
d.Ingin terus merahasiakan
e.Keakrabanya berkurang.
2.Ciri Fisik
Perubahan fisik pada pengguna belum terlihat dengan jelas tetapi setelah mereka mengkonsumsi narkoba akan menunjukan hal-hal berikut.
a.Rasa senang
b.Rasa gembira
c.Terus senyum dan ramah
B.Masa Pemula
1. Ciri mental
a.Sikap lebih tertutup
b.Jiwanya kesel
c.Kurang tenag dan seneitif
d.Gelisah tetapi cerah dan ceria
2.Ciri Fisik
a.Lebih lincah
b.Lebih Riang
c.lebih percaya diri
d.Rajin olegraga
e.Senang makan
C.Masa Berkala
Pada masa ini anak akan lebih sering memakai narkoba bisa sampai 2 kali dalam satu minggu.
1.Ciri Mental
a.Pribadinya tertutup
b.Mudah Tersingung
c.Sulit gaul
d.Teman berkurang
e.Murung
f.Kurang percaya diri
2.Ciri Fisik
a. Jika sedang on anak bersikap secara normal.
b.Jika sedang off maka anak akan bersikap kurang percaya diri dan tidak sehat.

D. Masa Sakaw
Pada masa ini anak smakin ketergantungan denga narkona, jika tidak memakai maka si anak akan sakaw.
1.Ciri Mental
a.Sering mengancam
b.Sering mencuri
c.Tidak segan-sgan untuk membunuh
2.Ciri Fisik
a.Gigi mengunik kecoklatan
b.Ada bekas sayatan/tusukan jarum di kaki, tangan, dada dan lainya.

BAB III APLIKASI PENYEMBUHAN KECANDUAN NARKOBA DENGAN JALAN TAREKAT
A.LANGKAH-LANGKAH PENYEMBUHAN PECANDU NARKOBA DENGAN JALAN TAREKAT

1.Muraqabah
Muraqabah berarti kewaspadaan konteplatif dan perenungan kontenplatif. Jadi muraqbah adalah konsetrasi penuh, waspada, dengan segaenap kekuatan jiwa, pikiran dan imajinasi serta pemerikasaan yang denganya sang hamba dapat mengawasi dirinya sendiri dengan cermat. Dalam muraqabah manusia akan selalu merasa dimanapun dia berada maka dia akan selalu merasakan kehadiran Allah.
Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, muraqabah apabila didasarkan pada hadist Rasulullah yang menceritakan Jibil datang kapada Rasulullah dan bertanya mengenai ihsan, lalu Rasulullah menjawab: “Hendaklah engkau beribadat kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engakau tidak melihat-Nya maka sadarilah bahwa Allah melihatmu”.
Dengan begitu melalui jalan muraqabah maka pecandu dapat disembuhka, karena dalam muraqabah pecandau dapat dibimbing untuk melakukan kontemplasi, sehingga dia dapat brkonsetrasi penuh untuk melakukan pemeriksaan terhadap dirinya dan apa yang dilakukannya. Dengan dibimbing mengunakan cara muraqabah ini maka pecandu akan dapat dipastikan secara beragsur-angsur akan dapat disembuhkan, karena dia dapat mengawasi dirinya.
Karena pecandu selalu mersakan kehadairan Allah makan ia akan selalu merasa bersalah atas dosa yang telah ia lakukan, sehingga ada keinginan untuk meninggalkan. Dari persaanya ini dia akan semakin kuat keinginanya untuk sembuh.

2.Muhasabah
Muhasabah merupakan kata Arab yang berasal dari suatu akar yang mencakup konsep-konsep, sperti menata, perhitungan, mengundang untuk melakukan perhitungan, mengenapkan dan menetapkan seseorang untuk bertangung jawab. Jadi Muhasabah dapat juga diartikan sbagai menghitung, tata buku, dan dalam teologi dan tasawuf disebut sebagai pemeriksaan kesadaran. Implementasi muhasabah adalah tobat kepada Allah, tobat didahului oleh muhasabah.
Muhasabah dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, kita membandikan antara nikmat dari Allah dengan keburukan yang kita lakukan. Kedua, kita harus membedakan anatara hak Allah ataas dirinya dengan kewajiban yang telah dia lakukan. Ketiga, kita harus mngetahui bahwa setiap orang yang merasa puas terhadap ketaatan yang dilakukanya, maka hal itu akan merugikan dirinya, dan setiap kemaksiatan yang dicela akan menimpa diri kita.
Dengan jalan muhasabah maka pecandu akan dapat disembuhkan, karena dalam muhasabah ini pecandu akan dibimbing bagaiman cara memunculkan kesadarnya dalam dirinya bahwa apa yang dia lakukan yaitu mengunakan narkoba adalah suatu kesalahan besar. Dengan munculnya kesadaranya maka dia akan tahu bahwa betapa besarnya nikmat Allah yang dia dapatkan, sehingga dia secara bertahap dapat disembuhkan.
Kesadaran akan nikamat Allah yang maha luas akam membuat pecandu tersebut makin menyadari kesalahanya, sehingga ada usaha untuk tidak melakukannya lagi. Di dalam muhasabah ini pecandu harus juga dibantu denga doa dan dziki untuk memberikan aura positif dengan asma Allah, dan mersakan diri kita rendah di hadapan Allah.
3.Wirid
Wirid bisa berarti doa dan tugas rutin bagi bagi pengikut sutu tarekat. Menurut kamus bahasa Arab wirid adalah ibadah perorangan selai ibadah salat, wirid bisa dilakukan pada siang hari atau pada malam hari. Wirid bersal darai kata Wird dan jamaknya Aurad bisa juga diartikan doa imam masji.
Wirid bisa menyembuhkan narkoba karena dalam wirid menyebut doa-doa pendek ataupun kalimat-kalimat yang agung yang berasal dari Al-qur’an serta meminta pertolongan melalui nama-nama Allah. Dengan kalimay yang baik inlah yang dapat merangsang otak untuk menguatkan anti bodi dalam tubuh sehingga keadaan tubuh kita semakin baik apabilah dilakukan secara terus menerus.

4.Tafakur
Tafakur berarti teringat, terkenang, refleksi atau perenungan tentang sesuatu. Tafakur berkaitan denagan nama-nama Allah, bukan zatnya karena akar seluruh wujud adalah nam-nama Allah yang maha indah.Tafakur juga dapat dikatakan merenugkan ciptaan Allah, kekuasn-Nya yang nyata dan tersembunyi serta kebesarn-Nya diseluruh langit dan bumi.
Tafakur mengenai nikmat Allah akan mendorong kita untuk selalu mensyukuri dan menyibukkan diri debgan ibadah dan amal soleh sebagai wujud cinta kita kepada Allah, sehingga tidak ada lagi pikiran untuk mengunakan narkoba. Kita juga dianjurkan untuk tafakur supaya kita tidak lalai akan mendorong kita untuk selalu beribadah takut meninggaklan perintahn-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semakin menigkatnya ibadah kita kepada Allah maka semakin menyebuhkan kecanduan terhadap narkoba. Tafakur juga dapat meningkatkan sifat zuhud kepada dunia dan kecintaan kepada akhirat. Dengan zuhudnya kita kepada dunia makan kita akan semakin dekat dengan Allah, dan memulai kdengan kehidupan spiritual yang baru. Tafakur juga dapat di gabung dengan doa, wirid, muhasabah, zikir, uzlah dan lain-lain.

5.Zikir
Zikir berarti mengingat, menyebut, mengucapkan, mengagggunkan dan menyucikan Allah dengan mengulang salah satu naman-Nya atau kalimat keagunganya. Dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (Subhanallaah), membaca tahlil (Laa ilaaha illallaah), membaca tahmid (Alhamdulillaah), membaca taqdis (Qudduusun), membaca takbir (Allaahu Akbar), membaca haugalah (Laa haula wala quwwata illaa billah), membaca hasabalah (Hasbiyallaah), membaca basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahiim), membaca Al Qur'anul Karim dan membaca doa-doa yang mat'sur (yang diterima atau yang bersumber) dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dinamakan dzikir, mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi segala larangan yang sudah diperintahkan-Nya hamba untuk meninggalkannya. Karena itu membaca Al-Qur'an, mempelajari Al-Hadits, mempelajari ilmu-ilmu agama, melaksanakan shalat tathawwu' dinamakan juga dzikir.
Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah) ialah, menyebut kata-kata yang menunjuk kepada tasbih (mensucikan Allah), kepada tahmid (memuji Allah), kepada tamjid (memuliakan/membesarkan Allah). Adapun yang dimaksud dengan ingatan hati ialah, memikirkan dalil-dalil tentang adanya Allah, dalil-dalil sifat-Nya, dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk diketahui hukum-hukum dan rahsia-rahsia ang tersembunyi dalam penciptaan alam ini. Yang dikehendaki dengan dzikir anggota, ialah mempergunakan segala anggota untuk melaksanakan ketaatan (dengan segala bentuk/manifestasinya). Itulah sebabnya maka shalat Juma'at di dalam Al-Qur'an dinamakan dzikrullah.
Dzikir kepada Allah itu bukan hanya lafazh yang dilafazhkan dengan lidah saja, tetapi kesadaran yang terdapat di dalam hati dilafazhkan atau tidak dilafazkan dan merasa dengan Allah dan wujudNya. Kesadaran dan perasaan yang demikian menimbulkan kesan atau pengaruh yang membawa kepada ketaan pada batasnya yang paling dekat.
Maka dengan dzikir itulah kita akan dapat mengembalikan kesadaran, maka sangatlah cocok untuk terapi pecandu narkoba karena dengan dzikir pecandu akan bias kembak kesadaranya. Dalam dzikir yang disebut-sebut adalah nama Allah dan kalimat yang baik akan membantu kesadaranya serta Allah-pun ikt membantu karena namanya selalu di sebut.

6.Doa
Doa berarti permintaan atau permohonan, yaitu manusia kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Doa merupakan kesempatan manusia untuk mencurahkan hatinya kepada Allah, menyatakan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan manusia kepada Allah.
Kenapa doa dapat menyembuhkan pecandu narkoba? karena otak yang merupakan pusat kehendak dan keyakinan memiliki hubungan langsung dengan sistem penyembuhan alamiah tubuh. Otak secara otomatis dan kontinyu berkomunikasi timbal balik dengan sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, dan semua sistem organ pokok dengan melepaskan hormon dan bahan kimia lainnya dari set-set saraf.
Otak juga berkomunikasi dengan sel-sel kekebalan dalam darah melalui hormon dan protein darah lainnya, yang disebut sitokin. Otak juga mengirim sinyal pada saraf tulang belakang dan memerintahkannya untuk memperlambat atau mempercepat transmisi rasa sakit. Ilmuwan menduga bahwa peran otak tersebut harus ada supaya kehidupan sosial, psikologis, dan spiritual terhubung dengan tubuh fisik, sehingga semuanya bekerja sama untuk menghasilkan kesembuhan.
Mengapa doa berperan dalam kesembuhan? Doa yang banyak diartikan sebagai dialog, penyerahan, dan permohonan tulus kepada Allah, penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan Allah, pecandu, penyembuh, dan ilmu pengetahuan demi kesembuhan total.
Keadaan psikologis yang tidak normal akibat kecanduan narkoba merupakan faktor sangat penting untuk diatasi dalam proses penyembuhan. Doa ibarat kita menelepon kekasih. Agar dialog dapat berlangsung jelas dan bermakna, saluran harus bersih. Isi pikiran yang negatif itulah pengganggu saluran komunikasi kita dengan Allah.
Ada orang yang membedakan antara meditasi dengan doa. Jika doa disebut sebagai pertemuan atau dialog dengan Allah, meditasi dianggap sebagai refleksi mendalam yang memungkinkan seseorang terhubung dengan alam semesta. Namun, alat kedokteran yang objektif ternyata merekam kedua aktivitas tersebut sebagai sesuatu yang sama. Ketika orang yang melakukan meditasi menghalau semua pikiran dari benak, ternyata aktivitas dalam amygdala (bagian otak yang memantau lingkungan dari ancaman dan mencatat ketakutan) diredam.
Sirkuit lobus parietal (bagian otak yang menyesuaikan diri dengan ruang, menandai perbedaan tajam antara diri dan dunia) menjadi tenang pula. Sirkuit lobus frontal dan temporal (bagian otak yang menandai waktu dan membangkitkan kesadaran diri) dapat dilepaskan.
Dengan keadaan seperti itu, orang yang bermeditasi menjadi sangat rileks, sehingga memungkinkannya untuk bersatu dengan alam semesta. Pendek kata, dari hasil penelitan, terjadi perubahan radiologis di dalam otak ketika seseorang melakukan meditasi. Apa yang dapat kita catat dari hasil riset tersebut? Bahwa ada upaya ilmiah untuk membuktikan pengaruh doa terhadap otak manusia.
Dalam buku The Spiritual Brain karya Mario Beauregard, Ph.D & Denyse O'leary dijelaskan bahwa para ilmuwan menawarkan dua pendekatan spiritualitas. Pertama, pendekatan yang melihat spiritualitas sebagai produk sampingan perkembangan otak, sehingga kaitan antara spiritualitas dan kesehatan adalah kebetulan belaka. Kedua, pendekatan yang melihat spiritualitas baik bagi manusia karena dapat menyembuhkan kecanduan terhadap narkoba.
Setelah melakukan berbagai review, Benson menyimpulkan efek spiritualitas terhadap penyembuhan dari kecanduan narkoba jauh lebih besar dibanding perkiraan yang pernah dibuat pakar-pakar sebelumnya, sekitar 30 persen. Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90 persen dari keseluruhan efek pengobatan. Artinya, pecandu yang berdasarkan perkiraan medis memiliki harapan sembuh 30 persen atau bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total.
Banyak riset telah dilakukan oleh para ilmuwan, khususnya di negara Barat, tentang manfaat doa dan religiositas bagi penyembuhan terhadap pecandu narkoba. Sejumlah riset membuktikan antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak mendapatkan intervensi doa, lebih rendah tingkat kesembuhan dari kecanduan.
Sebetulnya dalam setiap agama tidak ada doa khusus penyembuhan yang dibakukan. Itu sebabnya setiap praktisi penyembuhan bisa mengucapkan doa-doa yang berbeda, walaupun harapan mereka sama: pasien sembuh. Berikut ini beberapa contoh doa yang dipraktikkan oleh sejumlah praktisi penyembuhan berbagai agama.
1. Dalam Agama Islam
Untuk mempercepat proses penyembuhan, H.M. Bambang Irawan S., menganjurkan pasiennya untuk berdoa sebagai berikut:
• Astaghfirullah, diucapkan setiap pagi sebanyak 100 kali, lebih sempurna bila dilafalkan sebanyak 1.000 kali.
• Laa ilaaha ilallah, diucapkan setiap pagi sebanyak 100 kali, lebih sempurna bila diucapkan sebanyak 1.000 kali.
• Surat Al-Fatihah, minimal 100 kali sehari, lebih sempurna lagi bila dilafalkan 1.000 kali sepanjang hari.
Sementara itu Prof. Dr. Dadang Hawari, Sp.KJ, selain obat ia juga memberikan kiat penyembuhan sebagai berikut:
• Bertobat
• Yakin Allah yang menyembuhkan.
• Menyadari bahwa penyakit adalah cobaan, karenanya perlu kesabaran.
• Bersikap rida dan melakukan penghapusan dosa.
• Percaya bahwa dalam kesukaran pasti ada kemudahan.
• Menenangkan jiwa.
• Berdoa sebelum dan sesudah minum obat.
• Berdoa sesudah sembuh.
• Berzikir dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, hasbalah, istighfar, dan lafadh baaqiyaatush shaalihat.


7.Uzlah
Uzlah adalah mengasingkan diri, yaitu mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat yaitu menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih jiwa dengan ibadah, zikir, doa, dan tafakur tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri kepada-Nya.
Menurut Nurcholis Madjid, uzlah dilakukan untuk memperoleh kejernihan tentang diri dan masyarakat sekitar, sehingga kita tidak terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu kita akan mampu merenung tentang diri dan masyarakat secara jujur.
Uzlah yang didefinisikan dengan “Al-Tafarrud ‘an al-Khalqi” (memisahkan diri dari mahluk lain), ketika pecandu ingin disembuhkan maka dia harus di pisahkan dari dunia narkoba agar dia tidak lagi menggunakan narkoba kembali. Pemisahan diri ini bertujuan untuk untuk menjauhkan mata rantai narkoba tersebut agar tidak menggubakan kembali.
Titik-titik jenuh dalam kehidupan seperti permaslahn rumah tangga, masalah dengan orang tua, dan stress dapat membuat orang cenderung lari untuk mencari “dunia lain” seperti narkoba,kehidupan malam dan sex bebas yang hanya untuk kenikmatan sesaat, maka “agama” – pun agaknya menjadi alternatif paling tepat untuk mengobati semua penyakit tersebut, namun bukanlah berarti bahwa agama adalah konpensasi dari kejenuhan-kejenuhan modernitas zaman. Oleh karena itu, komponen-komponen ajaran sufisme seperti uzlah ternyata dalam banyak kasus di belantara zaman modern ini, tetap saja tidak kehilangan relefansinya.
Setelah kita membahas tentang definisi uzlah, dapatlah ditarik kesimpulan hubungannya dengan penyembuhan kecanduan narkoba. Dalam uzlah ini kita mengasingkan diri untuk mendekatkatkan diri kepada Allah, dengan berdzikir dan berdoa memohon kepada Allah. Semakin banyak kita memohon kepada Allah maka kecanduan yang di rasakan oleh pecandu akan hilang secara perlahan. Karena tubuh kita apabila semakin banyak kita menyebut kalimat yang baik maka akan ada respon positif dari tubuh kita agar bisa sembuh secara spiritual.









BAB IV KESIMPULAN



KESIMPULAN

Tarekat berasal dari bahasa arab al-thariqat yang artinya cara,jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu. Jadi dalam tasawuf tarekat adalah cara, metode, atau jalan yang dilakukan para sufi guna mensucikan hati, mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam qolbu.
 Tujuan tarekat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga kita bias merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita, serta kita merasa terawasi oleh Allah.
Tarekat memiliki komponen-komponen seperti: 1.Mursyid, 2.Murid, 3.Wirid, 4.Bay’at, 5. Silsilah Tarekat, 6.Adab, dan 7.Tempat
 Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari
'Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif'.
Narkoba dan permasalahanya, ini adalah hasil pengunaan narkoba sehingga menyebabkan kecandua dan sangat sulit untuk di sembuhkan serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Alasan-alasan mengunakan narkoba, timbul dari dalam dirinya, karena factor keluarga, dari orang lain dan fakto lingkungan.
 Tarekat sebagai solusi terhadap kecanduan narkoba secara konsep dan aplikasi. Selain medis tarekat sangat manjur untuk penyebuhan narkoba secara spiritual, karena dalam tarekat mengamalkan: 1.Muraqabah, 2.Muhasabah, 3.Wirid, 5.Zikir, 4.Tafakur, 6.Doa, 7.Uzlah. dari amalan-amalan ini kecanduan terhadap narkoba dapat di sembuhkan secara spiritual karena berhubungan langsung dengan Allah, sehingga Allah membantu untuk menyembuhkanya.
Dalam amalan-amalan itu juga yang disebut hanay kalimat-kalimat agung, ataupun nama-nama Allah. Dengan kalimat yang agung tersebut maka otak akan memberikan respon posotif terhadap terhadap tubuh sehingga memperkuat antibody dalam tubuh.







DAFTAR PUSTAKA





Buku akhlak tasawuf
Drs. Asep Usman Ismail ; silabus Akhlak Tasawuf
Tebba, Sudirman;Meditasi Sufistik;Pustaka Hidayat; Bandung
Tebba, Sudirman ; Hidup Bahagia Cara Sufi ; Lintas Wacana ; Jakarta Pusat

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

A. POKOK-POKOK ISI BUKU PER BAB

BAB I
LOGIKA
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, Berpikir dengan tepat. Untuk mencapai sebuah kata logika harus kita ketahui dulu bagaimana cara berpikir atau bernalar, berpikir adalah kegiatan akal untuk mengolahpenegtahuan kita yang kita dapat melalui panca indra untuk mencapai suatu kebenaran. Dan menurut Aris Toteles berbicara dengan diri sendiri juga disebut dengan berpikir. Berpikir sampai kepada menyimpulkan sesuatu dari hasil menganalisis.
Untuk mencapai sebuah kata logika tidak hanya cukup berpikir saja tetapi pikiran itu harus tepat mengenai sasaran, sudah bias dikatakan berpikir tepat apabila suatu jalan pikiran sesuai dengan patokan-patokan dalam logika. Setelah sudah ada ketepatan jalan pikiran maka baru bias kita sebut dengan logis.
Setelah kita bisa berpikir secara logis kita juga harus memiliki kecakapan dalam menerapkan aturan-aturan berpikir tepat dalam persolan yang kongkret yang kita hadapi setiap harinya. Nah, untuk menetukan aturan-aturan pemikiran yang tepat , logika harus menganalisis unsur-unsur pemikiran manusia. Unsure-unsur pemikiran manusia itu ada tiga yaitu menangkap sebuah permaslahan, menganalisis permasalahan yang didapat, dan mengambil kesimpulan. Cara berpikir seperti ini tidak perlu di ucapakan cukup di pikirkan dalam batin.
Pengetahuan manusia diawali dengan pengalaman-pengalaman yang dirasakan dalam peristiwa sehari-harinya dalam lingkungan. Akan tetapi akal kita tidak cukup hanya mengetahui sampai disitu saja, tetapi kita akan berkeinginan untuk menelusuri lebih jauh lagi tentang apa yang kita rasakan. Sehingga timbullah pertanyaan mengapa, untuk apa, bagaimana kejadianya, apa sebabanya, dan mengapa bisa terjadi demikian. Apabilah dari fakta yang kita lihat lalu kita menganalisisnya sehingg sampai pada kesimpulan maka bisa disebut sebagai suatu penalaran atau pemikiran.
Tujuan pemikiran manusia adalah untuk mencapai pengetahuan yang benar dan pasti.akan tetapi dalam kenyataanya tidak semua kesimpulan maupun alasan-alasan itu selalu benar adanya. Jadi benar adalah sesuai dengan kenyataan dan sebaliknya, salah adalah tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau pikiran kita sesuai dengan realitas yang ada maka di katakana benar, dan apabiala pemikiran kita tidak sesuai dengan realitas yang ada maka salahlah akan pemikiran kita.
“misalnya ada seorang anak yang tegelam dalam keadan pingsan ia di tarik kelur dari air, orang yang melihatnya berteriaka si anak telah mati karena ia tidak bernapas lagi.(kesimpulan diu=mati, alasn dia=tidak bernapas lagi, jadi karena dia tidak bernapas lagi makan dia dikatakan sudfah mati).
Agar pemikiran dan penalaran kita dapat melahirkan sebuah kesimpulan maka kita harus memenuhi syarat-syaratnya. Pertama, pemikiran harus berpangkal darai kenyataan atau titik pangkalnya harus benar. Kedua, alasan-alasan yang di ajukan harus benar-benar tepat dan kuat karena banyak orang yang mengajukan pernyataan tetapi tidak dikuatkan dengan alasan-alasan. Ketiga, jalan pikiran harus logis dan lurus tetapi kadang titik pangakal sudah tepat tetapi urutan dan langkah-langkahnya tidak tepat maka kesimpulan juga tidak akaan benar. Oleh karena itu diperlukan suatu tata urutan dan langka-langkah yang lururs sehingga menghasilkan kesimpulan yang tepat dan akurat serta sesuai dengan realitas yang terjadi.
BAB II
PENGERTIAN DAN PERKATAAN
Di pembahasan awal, berpikir telah kita rumuskan sebagai “berbicara pada diri sendiri di dalam batin”. Orang tidak akan bisa melihat apa yang saya pikirkan akan tetapai orang akan bisa meliha apabila pikiran saya menjadi nyata, saya lahirkan dan saya ungkapkan. Untuk mengapresiasikan pikiran kita bayak cara yang bisa kita lakukan misalnya dengan isyarat, kata-kata, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Pikiran tidak dapat selalu diugkapkan denga sempurna kare na kita kadang sulit untuk mengapresiasikan dalan cerita, catatan dan lainya sebab tidak semua orang mengerti apa yang kita rasakan.
Dalam pemikiran dan bahasa terdapat sebuah hubungan timbal balik, misalnya apabila kita berpikir yang tepat maka kita juga harus bisa mengukapkan dengan kata-kata yang tepat pula. Apabila kata-kata kita yang tepat maka kita berpikir yang lurus. Jadi bahasa berbanding lurus dengan pemikiran, karena kecakapan berpikir juga di dapat dari kecakapan berbahasa pula.
Sebelum kita membahas apa itu bahasa terlebih dahulu mari kita bahas dulu apa itu kata, dan apa itu term. Untuk berbahasa dengan baik kita harus mengerti apa itu kata, kata adalah tanda lahir yang menunjukan baik barang-barang dan pengertian-pengertian kita tentang barang tersebut. Kita juga harus mengetahui terlebih dahulu apa itu term, jadi term adalah bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat.
Dengan memahami arti kata dan term maka kita akan mudah bertukar pikiran dan dengan memahami term juga kita akan mudah menyususn kata-kata dalam bentuka kalimat denagan baik, sehingga orang lain akan mudah memahami perkataan kita dalam bentuk bahasa dengan baik.
Kata pasti sudah sering menggunakan kata-kata, misalnya meja, kursi, piring dan lainnya. Akan tetapi dari kata-kata yang kita akrabin sehari-hari itu belum tentu kita tahu artinya. Makan dalam ilmu logika mempelajari apa itu isi pengertian dan luas pengertian. Isi pengertian adalah semua unsur yang termuat dalam pengertian itu, misalnya kita ambil sebuah kata yaitu “pembantu” maka kata pembantu terdisri dari ber bagai unsure pembantu biasanya seorang wanita, pembantu bekerja di rumah orang, pembantu identik dengan orang kampung. Jadi setiap kata mempunyai arti atau isi tertentu. Luas pengertian adalah mencakup barang-barang atau lingkungan realitas yang ditunjuk dengan pengertianatau kata tertentu. Dalam luas pengertian dapat di contohkan denga kata “mobil” kata ini hanya masuk dalam runga lingkup mobil maka di luar itu tidak dapat terapakan misalnya sepeda dan motor.
Anatara isi pengertian dan luas pengertian mempunyai hubungan, makin umum pengertian itu makin sedikit isinya dan makin luas lingkunganya maka makin banyak isinya. Apabila kata mobil yang kita gunakan maka makin luas isinya, apabila kata itu kita tujukan pada mobil Mercedes makan akan makin sempit ruanag lingkupnya dan semakin khusus.
Luas term dapat kita tunjukan dengan istila-istila berikut:
1.Singular = dengan tegas menunjukan suatu individu atau barang tertentu (nama diri, kata-kata denga ter ataupun paling).
2.Partikular = menunjukan hanya sebagaian dari seluruh luasnya (lebih dari satu, tetapi tidak semaua pohon itu).
3.universal = menunjukan seluruh lingkunganya dan masing-masing bawahanya (setiap orang, besi itu logam, dan manusia adalah makhluk social).
Pembagian kata-kata menurut artinya
Kata-kata dapat di golongkan menurut artinya:
Univocal (sama bentuknya sama artinya) Kata-kata univocal adalah kata yang terpenting digunakan dalam ilmu pengetahuan dan dalam pemikiran, karena istilah-istilah yang teat sama arti yang digunakan dalam ilmu dan diskusi.
Ekuivokal (sama bentuknya, lain artinya) Sedangakan kata-kata Ekuivokal adalah kata yang harus hati-hati dalam pengunaanya dalam ilmu pengetahuan ataupun dalam pemikiran. Karena kata initidak persis jelas apa maksudnya, maka hasilnya akan kacau. Kata ini baik digunakan untuk lelucon tapai tidak baik untuk diskusi atau alasan ilmiah.
Analogis (sama bentuknya, sedangkan artinya ada kesamaan dan ada perbedaanya) Kata Analogis banyak kita pergunakan dalam bahasa sehari-hari, misalanya enak manis, cantik, muka yang manis dan lain sebagainya.

Nilai-Rasa dan kata-kata Emosional
Bahasa adalah adalah sesuatu yang hidup Karena bahasa adalah hasil ekspresi kita yang hidup. Kata-kata yang kita ucapkan tidak hanya menunjukan fakta-fakta,hal-hal ilmiah atau kenyataan saja. Akan tetapi dalam bahasa menyatakan sebuah sikap ataupun perasaan kita terhadap sesuatu yang objektif.
Dalam mengunakan kata kita harus memilih kata yang tepat sesuai dengan yang kita butuhkan karena setiap kata mengandung perasaan dan bisa kita bedakan yang mana yang mengandung persaan dan yang mana hanya cetusan saja. Bisa kita bandingkan makna katanya misalnya, kau, kamu, saudara, anda, lu, gw, tuan, paduka, maneh, sia, mbok dan lain-lain sebgainya, dari kata-kata tersebut memiliki nilai dan emosionalnya sendiri. Oleh karena itu dalam mengunakan kata kita harus menyensuaikan dengan keadaan yang kita hadapi.
Penggolongan
Penggolongan atau klasifiksi adalah pekerjaan budi kita untuk membagi-bagi, menggolongkan, dan menyusun pengertian, dan barang-barang sesuai dengan kesamaan dan perbedaanya. Penggolongan sangat penting sekali dalam ilmu pengetahuan dan proses pemikiran, karena untuk mengupas persoalan dalam ilmu pengetahuan kita harus tahu persoalanya dan dapat menguraikan unsur-unsurnya.
Aturan-aturan penggolongan
1. Penggolongan harus lengkap
Penggolongan ini harus sampai terperinci dan harus meliputi seluruh bagaian.
2. Penggolongan harus sungguh-sungguh memisahkan
Bagian yang satu tidak boleh mengandung bagian yang lain, tidak ada tumpang tindih.
3. Penggolongan harus menurut dasar atau garis yang sama
Harus konsekuen dan tidak menggunakan dua atau lebih dasar sekaligus dalm pembagin yang sama.
4. Penggolongan harus cocok untuk tujuan yang hendak dicapai
Definisi
Definisi sangat penting karena dalam pemikiran yang lurus dan berkomunikasi dengan orang lain kita harus memastika sebuah arti, pengertian-pengertian dan kata yang dikandung. Menurut arti kata definisi berarti ‘pembatasan’ yang artinya menentukan batas-batas pengertian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksudkan.
Jenis-jenis definisi
1.Definisi Nominal(menurut kata atau nama) dan hanya menerapkan istilah tertentu.
- Kata sinonim = kata searti yang lebih umum di mengerti.
-Mengupas asal usul istilah tertentu (etimologi)
Definisi real
Definisi real adalah definisi yang menerangkan sebenarnya barang tertentu, dengan menunjukan realitas atau hakikat barang itu sendiri.
1.Dari sifat khas atau hakiki (definisi logis atau esensial)
Definisi ini selalu ada dua yang pertama menunjukan golongan atasan atau jenis terdekat yang menyatakan kesamaan hal yang di definisikan dengan barang-barang lain. Kedua menunjukan sifat khas atau hakiki yang terdapat pada barang itu saja, jadi menyatakan dalam hal apa barang itu justru berbeda dari yang lain.
2.Dari kumpulan sifat-sifat (definisi deskriptif)
Definisi ini melihat dari sekumpulan sifat sehingga semua sifat itu bersam-sama cukup untuk menerangkan barang itu dengan jelas, hingga dapat dibedakan dari baraang-barang lain.
3.Dari sebab-sebab atau tujuanya (definisi kausal atau final)
Banyak barang, alat, kejadian dapat di terangkan dengan menunjukan sabab-sebabnya dan maksudnya.
BAB III
PUTUSAN DAN KALIMAT

Putusan adalah perbuatan manusia yang di dalamnya ia mengakui atau memungkiri tentang sesuatu. Biasanya bisa dikatakan bahwa putusan adalah perbuatan akal, tetapi yang bekerja dengan akal budi adalah manusia secara keseluruhan. Seperti saat kita melihat bukan mata saja yang melihat tapi seluruh manusia tersebut juga melihat. Pada dasarnya putusan menerangkan sesuatu, atau menyatakan, menyangkal suatu hubungan antara dua pengertian. Unsur-unsur putusan adalah subjek, predikat dan hubungan antara subjek dan predikat. Putusan di golongkan menjadi dua yaitu, Putusan kategoris adalah putusan yang didalamnya B diakui atau dipungkiri tentang S ‘tanpa sayarat’. Putusan hipotesis adalah putusan yang didalamanya P di akui atau dipungkiri tentang S tidak secara mutlak, melainkan tergantung dari suatu syarat.


Mengatakan sesuatu tentang suatu
Disini kita akan meninjau lebih dalam apa yang kita lakukan dalam putusan. Pertama adalah Putusan afirmatif dalam keputusan afirmatif S dan P dinyatakan satu kata penghubung menyatukan. Yaitu isi predikat di terapkan pada subjek, dan luas subjek dinyatakan masuk luas predikat. Kedua, Putusan negative dalam putusan negative tidak dinyatakaan ada kesatuan antara S dan P. S dan P dipisah-pisahkan tidak dinyatakan sama. Mungkin S dan P dalam hal bentuk ada kesamaan.
Banar dan salah
Putusan adalah merupakan satu-satunya ucapan yang dapat benar dan dapat juga salah. Apabila kedua hal yang dalam putusan dinyatakan satu dan dalam kenyataan memang satu maka keputusan itu benar, dan jika keputusan itu di katakan satu padahal yang sebenarnya tidak satu maka keputusan itu salah. Jadi untuk menetukan benar tidaknya suatu putusan yaitu dengan mencocokan fakta, kenyataan, atau realitas.
Pasti dan Mungkin
Dalam diri kita terdapat ‘kepastian’ yang kita miliki mempunyai derajat yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Ada tiga macam sikap budi (mental state) pada diri manusia. Terdapat kepastian, dalam hal ini kita harus memberikan sebuah pernyataan yang benar-benar pasti ‘yang ini benar dan yang ini salah’ tampa keraguan sama sekali. Karena derajat kepastian yang kita miliki berbeda-beda maka kepastian yang dapat di capai pun berbeda- beda. Dugaan atau sangkaan, adakalanya kita tidak dapat mencapai keyakinan yang seratus porsen walupun pada dasarnya kita telah mengadakan penyelidikan. Dalam mengukapakan pendapat yang kita bisan mengatakan yang ini iya tapi yang lain pun masih ada kemungkinan untuk di iyakan juga. Kesangsian, kadangkal dalam memilih sesuatu kita bisa mengatakan ya karena memiliki cukup alasan dan kita bisa mengatakan tidak karena kita tidak mempunyai cukup alasan. Jadi kita hanya baru menduga saja belum bisa memastikan, masih ragu-ragu. Maka kata-kata yang akan keluar adalah: barangkali, ada kemungkinan, saya masih sangsi dan sebagainya.
Penggolongan putusan menurut Luasnya
Luas putusan ditentukan oleh luas subjeknya, maka di bedakan, Singular adalah Putusan yang subjeknya singular jika predikat diakui dipungkiri hanya tentang satu hal yang tunjuk dengan jelas. Partikular adalah putusan yang subjeknya partikular; jadi, jika predikat diakui atau dipungkiri tentang sebagian dari seluruh luas subyeknya. Misalnya: "Beberapa penduduk desa ini cukup kaya.Universal adalah putusan yang subjeknya universal; jadi, jika predikatnya diakui atau dipungkiri tentang seluruh luas subjeknya. Misalnya: "manusia itu makhluk berbudi."

Pemakaian Lingkaran-lingkaran
Luas subjek dan predikat serta hubungan antara luas S dan luas P dapat digambarkan dengan bantuan lingkaran-lingkaran. Ada sebuah pulau yang terletak di khatulistiwa. Garis khatulistiwa membagi pulau menjadi bagian utara dan selatan. Oleh pemerintah, pulau tersebut dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah A, B dan C.
Luas predikat
Putusan ini disebut universal, partikular, atau singular jika subjeknya universal, partikular, atau singular. Di samping luas subjek, perlu kita perhatikanjuga luas predikat.
Ketentuan-ketentuan tentang luas predikat
(1) Predikat adalah singular, jika dengan tegas menunjukkan satu hal tertentu. Misalnya: Lind Bergh adalah orang yang pertama-tama melintasi Lautan Atlantik dengan kapal terbang. Slamet itu bukan orang yang terkecil dari anak-anak kelas 3.
(2) Dalam putusan afirmatif, predikat adalah partikular (kecuali jika ternyata singular). Misalnya: Anjing itu binatang.
(3) Dalam putusan negatif, predikat adalah unversal. Dengan pemungkiran, S dan P dipisah-pisahkan. Misalnya: manusia itu bukan kera. Yang dimaksudkan adalah semua manusia (subjek universal) dan semua kera (predikat), dan kedua ini sama sekali dipisahkan: tak ada seorang manusia pun yang termasuk lingkungan 'kera', dan tak ada seekor kera pun yang termasuk lingkungan 'manusia'.
Penggolongan Putusan menurut Isinya
Dalam putusan menurut isinya seperti halnya pada isi pengertian, maka di sini pun terdapat pertanyaan pokok yang harus kita ajukan di antaranya: Apa sebenarnya yang dimaksudkan? Apa inti pokok yang hendak dikemukakan dalam putusan tersebut? Hal-hal apa yang hendak dihubung-hubungkan? Apakah putusan itu benar? Mengapa? Atau mengapa tidak? Dapatkah dibuktikan? Bagaimana caranya? Apakah berdasarkan induksi atau deduksi?
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak selalu mudah dijawab. Bahkan ada kemungkinan tidak dapat dijawab! Namun tetap harus diajukan. Ini langkah mutlak untuk belajar berpikir dengan kritis dan logis. Sebagai bantuan untuk mempertajam daya pikiran, serta sebagai langkah pertama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, di sini dikemukakan beberapa jenis putusan yang dibeda-bedakan dengan memperhatikan isi putusan.
Putusan Analitis dan Putusan Sintetis
Putusan analitis adalah putusan yang di dalamnya predikat dipersatukan dengan subjek atas dasar analisis subjek (deduksi). Predikat menyebutkan secara eksplisit apa yang secara implisit sudah terkandung di dalam subjek itu. Beberapa cara berpikir analitis.
a. Closed system statements - yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan atau dicocokkan dengan fakta, karena kita tentukan sendiri.
b. Agreement statements - yang benar karena sudah disetujui bersama. Semacam definisi atau perjanjian. Misalnya: satu meter = 100 cm; dalil-dalil ilmu pasti.
c. A priori statements = yang sebelumnya sudah kita pastikan manusia itu makhluk berbudi. Satu km itu 1000 meter. Yang persegi itu tidak bundar.
Putusan sintetis adalah putusan yang di dalamnya predikat dipersatukan (disintesiskan) dengan subjek atas dasar pengaiaman (empiris) - induksi - penyelidikan - fakta - observasi. Putusan inijuga disebut: a.Putusan empiris (empiri = pengalaman) atau discovery statements - yang kebenarannya kita temukan atas dasar induksi dan pengalaman. Beberapa cara berpikir sintetis.
a.Open `system statements - yang mengenai dunia konkret yang kita alami setiap hari.
b. A posteriori statements - yang kebenarannya tidak dapat dipastikan sebelumnya, melainkan sesudahnya atas dasar pengalaman.
Caranya membutikan pustusan empiris dan analitis:
a.Putusan empiris dapat dicek dengan mencocokkannya dengan kenyataan atau fakta-fakta.
b.Putusan analitishanya dapat dicek dengan menyelidiki aturan yang telah ditentukan, definisi yang telah disetujui, atau isi pengertian S.
Dalam masyarakat seringkali kita mendengar ucapan-ucapan yang kelihatannya merupakan putusan-putusan empiris, tetapi kalau diselidiki lebih teliti ternyata merupakan putusan-putusan analitis.
"Setiap orang yang rnempunyai pikiran sehat akan menentang usaha baru itu."
"orang yang cinta tanah air dan pandai berpikir tidak mungkin menolak Repelita.
"Treason do never prosper. What's the reason? For if it prosper none dare call it treason."
Pernyataan tentang ‘fakta' dan tentang pendapat'
Putusan-putusan tentang dunia pengalaman kongkret (empiris) masih dapat kita perinci lebih lanjut. Untuk mengerti persoalan ini, kita bandingkan kedua putusan berikut:
a) Amir memakai kaca-mata.
b) Amir itu sungguh tampan.
Ucapan yang pertama adalah suatu pernyataan tentang fakta yang secara objektif dapat diselidiki dan dicek kebenarannya. Ucapan kedua dapat dikatakan suatu pernyataan tentang pendapat atau perasaan yang bersifat subjektif, yang sukar dibuktikan secara objektif. Jika orang lain tidak menyetujui pendapat itu, ia paling-paling dapat mengemukakan pendapatnya sendiri yang berbeda. Karena itu akan lebih tepat kalau dikatakan 'menurut pendapat kami .... '.atau 'menurut saya .... 'Jadi kita bedakan:
a. Pernyataan tentang fakta (statement of facts) - ialah putusan yang mengatakan sesuatu tentang dunia nyata, dan yang benar salahnya dapat dicek dengan mencocokkannya dengan fakta.
b.Pernyataan tentang pendapat (statement of opinion) - ialah putusan yang memberikan keterangan tentang pendapat, perasaan, atau interpretasi seseorang, dan yang kebenarannya tidak 'dijatuhkan' apabila ada orang lain yang mengajukan pendapat lain.
Pendapat Subjektif - Objektif
Hal ini membawa kita pada perincian lebih lanjut lagi. Ucapan seseorang dapat menyatakan:
a) Pendapat yang bersifat subjektif belaka - dalam hal ini tak dapat dicek atau dibuktikan, hanya berdasarkan 'rasa' saja.
b) Pendapat yang berdasarkan pertimbangan, penilaian, atau pandangan yang sedapat-dapatnya objekt dalam hal ini ucapan tidak bersifat subjektif belaka, tetapi kebenarnnya dapat dibuktikan atau dicek atas dasar fakta-fakta (value judgement).
Putusan-putusan 'umum'
Putusan-putusan seperti ibu mencintai anaknya' atau' orang Jerman suka menyanyi' adalah putusan yang 'pada umumnya' memang benar, tetapi selalu mungkin ada pengecualiannya juga. Putusan-putusan umum seperti ini termasuk putusan partikular.Perumusan yang 'umum' A = B, yang sebenarnya berarti ' beberapa A = B', tetapi dikemukakan seakan-akan'semua A = B'. Jika ini tidak disadari, maka pasti kita tarik kesimpulan yang salah.
Jadi, putusan-putusan umum dapat dirumuskan sebagai suatu kecenderungan yang berarti: Beberapa A = B (partikular). Akan tetapi, benar-tidaknya ucapan-ucapan itu, ada tidaknya kecenderungan itu masih harus dibuktikan (dengan bantuan statistik). lni menyangkut pula soal penggolongan: siapa yang termasuk 'anak desa', siapa 'anak kota', apa ukurannya untuk 'kepandaian', dan sebagainya. Apabila terbukti bahwa, misalnya, 70% dari orang-orang yang diselidiki itu menunjukkan sifat tertentu, dapat ditarik kesimpulan bahwa "A cenderung bersifat B".


BAB IV
PENYIMPULAN LANGSUNG
Pekerjaan akal yang ketiga ialah pemikiran atau penyimpulan dari kata-kata yang dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat atau putusan-putusan yang dirangkaikan menjadi suatu pemikiran. Mata-mata rantai dalam rangkaian itu biasanya berupa kata-kata seperti: karena ... , maka ... , kalau ini begini, maka itu begitu, berhubung begitu ... , maka karenanya begini. Hasil pemikiran seperti itu kita sebut 'kesimpulan' sehingga proses pengambilan suatu kesimpulan kita sebut'penyimpulan".
Penyimpulan
Penyimpulan (inference) ialah: Kegiatan manusia, yang dari pengetahuan yang telah dimiliki dan berdasarkan pengetahuan itu bergerak ke pengetahuan baru.
a.Kegiatan manusia
Yang giat bukan hanya akal saja, tetapi seluruh manusia. Akal budi memegang kendali, tetapi perasaan dan kehendak ikut mempengaruhijalan pikiran itu, entah dalam arti yang baik, entah dalam arti yang tidak baik.
b.Dari pengetahuan yang telah dimiliki
Dengan kata-kata ini, ditunjuk titik pangkal untuk setiap pemikiran, yaitu pengetahuan yang telah ada. Titik pangkal ini dapat berupa pengetahuan tentang fakta-fakta, atau suatu asas umum, mungkin suatu anggapan atau suatu hipotesis yang menjadi titik tolak untuk pemikiran lebih lanjut.
c.Berdasarkan pengetahuan itu
Dengan ungkapan ini, ditunjuk hubungan yang ada antara pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan baru yang diperoleh secara kebetulan itu bukanlah hasil pemikiran. Dalam penyimpulan, maka kesimpulan yang diambil itu selalu berpangkal dan berdasarkan atas pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.


d. Bergerak
Dengan ini dinyatakan bahwa pemikiran merupakan suatu proses. Kita tidak dapat mengerti segala-galanya sekaligus, melainkan selangkah demi selangkah dan, dari aspek yang satu ke aspek yang lain. Proses pemikiran ini pada pokoknya dapat menempuh dua jalan:
1. Deduksi = dari pengetahuan yang umum menyimpulkan pengetahuan yang 'khusus' (umumnya definisi orang adalah seperti ini tetapi hendaknya dicatat bahwa definisi tersebut tidak tepat).
2. Induksi = dari pengetahuan yang khusus menyimpulkan pengetahuan yang umum.
e. Pengetahuan baru
Pengetahuan baru yang merupakan hasil pemikiran itu disebut kesimpulan (konsekuen, conclusion), dan berguna:
1. Pengertian Baru: yaitu j ika kita berawal dari kebenaran yang telah dimengerti sampai pada kesimpulan yang sebelumnya memang belum dimengerti denganjelas.
2. Kemajuan dalam menyadari dan membuktikan kebenarankebenaran yang sebetulnya sudah dimengerti, tetapi masih kurang disadari bukti-bukti, dasar-dasar, atau sebabsebabnya.
Berbagai Istilah Penyimpulan
Titik pangkal: Pengetahuan yang telah dimiliki serta yang merupakan titik-tolak dalam proses pemikiran itu disebut antecedens atau premis (artinya: yang mendahului). Jadi, premis = hal dari mana disimpulkan sesuatu. Hasil pemikiran: Pengetahuan baru yang diperoleh berdasarkan premis-premis disebut kesimpulan. Proses mengambil suatu kesimpulan dari premis-premis tertentu itu disebut penyimpulan. Hubungan antara premis dan kesimpulan, serta yang merupakan dasar untuk kesimpulan itu agar lebih mudah kita sebut hubungan (istilah teknisnya: konsekuensia).
Kesimpulan yang sungguh-sungguh dapat dan harus diambil premis-premis tertentu disebut kesimpulan yang sah. Kesimpulan yang salah, yang tidak boleh atau tidak dapat diambil dan premis-premis tertentu itu disebut kesimpulan yang tidak sah.
Benar dan salah: Supaya suatu kesimpulan itu benar, maka haruslah dipenuhi dua syarat mutlak.
a)Titik pangkal, yaitu premis-premis harus benar dan tepat.
Benar: apabila titik-tolak pemikiran tidak benar, kesimpulannya juga tidak akan benar. Seringkali suatu kesimpulan salab justru karena titik tolaknya sudah salah. Misalnya, jika manusia dipandang sebagai alat produksi belaka, maka ada yang menarik kesimpulan: kalau orang sudah tidak dapat berproduksi, maka dibunuh saja.
Tepat: premis-premis harus menunjukkan dasar mengapa kesimpulan tertentu diambil; jadi, harus surgguh-sungguh membuktikan. Kelemahan dari banyak pemikimn ialah tidak menunjukkan alasan yang sebenarnya (tidak'kenal').
b)Jalan pikiran harus lurus atau logis, artinya harus ada hubungan yang sah antara premis dan kesimpulan. Mungkin terjadi bahwa jalan pikiran sudah sah, namun kesimpulannya tidak benar.
Dalam hal ini jelas bahwa titik tolak atau premis yang tidak benar atau tidak tepat. Mungkin juga premis-premis sudah benar, tetapi kesimpulannya salah. Dalam hal ini jalan pikiran yang tidak 'lurus'. Bidang khas logika ialah lurusnya jalan pikiran, Bagaimana kita memiliki jalan pikiran yang lurus dari putusan yang satu sampai pada kesimpulan (putusan yang lain) tanpa melanggar kebenaran.
Penyimputan langsung dan tidak langsung
Premis dapat terdiri dari satu, dua atau lebih putusan. Berpangkal pada putusan tertentu, kita seringkali dapat secara langsung menyimpulkan suatu putusan baru (kesimpulan), dengan memakai subjek dan predikat yang sama, Ini disebut penyimpulan langsung .
Cara berpikir penyimpulan tidak langsurg (modiate inference). Disebut tidak langsung, karena S dan P dari kesimpulan dipersatukan melalui atau dengan perantara term menengah tersebut, yang berfungsi menunjukkan alasan mengapa S dan P tertentu dapat dipersatukan. Kita mulai dengan penyimpulan langsung yang sederhana berpangkal pada suatu putusan tertentu menyimpulkan (menyusun) suatu putusan baru (= kesiinpulan), dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
Ekuivalensi
Jika kita mengerti bahwa 'tak ada orang Belgia yang menjadi jago pencak', maka secara langsung dapat kita simpulkan bahwa tak ada jago pencak yang berbangsa Belgia'. Kalau 'A dan B itu tidak sama', maka dapat juga dikatakan 'A itu tidak sama dengan B' atau 'A ~ B. Apabila kita tahu bahwa 'ada orang pintar yang kurus'. Maka secara langsung dapat dikatakan pula bahwa ada orang kurus yang pintar. Kalau 'tak ada siswa yang lulus ujian' ini mengatakan hal yang persis sama. Rumusan-rumusan baru itu disebut Ekuivalen, artinya: mengatakan hal yang persis sama. Putusan-putusan baru itu sebetulnya tidak mengatakan sesuatu yang baru, hanya perumusannya berlainan, tetapi dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
Akan tetapi kalau dikatakan 'semua A = B', apakah itu berarti juga bahwa 'semua B = A'? Apakah dapat diambil kesimpulan bahwa yang bukan B itu juga bukan B? Dengan lain perkataan: apakah yang dapat disimpulkan apabila S dan P itu tukar tempat.
Pembalikan
Membalik suatu putusan berarti menyusun suatu putusan baru., dengan jalan menggantikan subjek dan predikat (sedemikian rupa hingga yang sebelumnya menjadi subjek sekarang menjadi predikat, dan yang sebelumnya predikat menjadi subjek), dengan tidak rnengurangi kebenaran isi putusan itu.
Karena putusan menyatakan suatu kesatuan antara S dan 'P maka dari kesatuan antara S dan P itu dapatlah diambil suatu kesimpulan mengenai kesatuan antara P dan S juga. Akan tetapi, berbeda halnya dengan ilmu pasti, yang rumus-rumusnya boleh dibolak-balik (a = b, jadi b = a), subjek dan predikat suatu kalimat tidak selalu dapat dibolak-balik begitu saja, karena luas S dan P itu dapat berlain-lainan.
Maka perlulah kita perhatikan hukum-hukum atau aturan-aturan pembalikan, agar pembalikan putusan tidak menghasilkan kesimpulan yang salah.
a) Putusan A hanya boleh dibalik menjadi putusan I
Sebabnya ialah, dalam putusan afirmatif, predikat adalah partikular (tidak menunjukkan luasnya), sedangkan subjek putusan A adalah universal. Jika S dan P itu bertukar tempat, artinya jika putusan A ini dibalik menjadi putusan A lagi, maka P yang partikular itu menjadi S yang universal.
b)Putusan E selalu boleh dibalik (E jadi O, O jadi E).
Sebabnya ialah, dalam putusan negatif universal seluruh luas S dipisah-pisahkan dari seluruh luas P.
c)Putusan I dapat dibalik menjadi putusan I lagi.
Dalam putusan afirmatif, P adalah partikular. Jika putusan ini dibalik, P yang partikular itu menjadi S yang partikular, dan S yang partikular itu menjadi P yang partikular pula.
d)Putusan O tidak dapat dibalik.
Misalnya: ada manusia yang bukan dokter, jadi ... ada dokter yang bukan manusia. Atau: dunia ini banyak manusia yang bukan orang Indonesia, jadi ... ada banyak orang Indonesia yang bukan manusia.. . Jika putusan O dapat dibalik dengan tidak menelurkan kesimpulan, hal itu secara kebetulan saja.
Aplikasi
Kalau dikatakan 'yang tidak kelihatan itu tidak ada' maka dibuat kesalahan berpikir yang dalam logika disebut 'mengambil kesimpulan yang tidak sah', yaitu mengambil kesimpulan yang terlalu luas, artinya kesimpulan yang mengatakan lebih banyak daripada yang dapat dan boleh disimpulkan dari premis-prernis.
Hal ini nampaknya cukup jelas. Namun demikian, seringkali orang membuat kesalahan'mengambil kesimpulan yang terlalu luas'. Jika asas ini dirumuskan dengan lebih teliti, maka menjadi: "Semua yang dapat dipegang, dilihat, diraba, material itu riel atau nyata, jadi yang riel atau nyata, adalah (hanya) apa yang dapat dipegang, dilihat, diraba, materiel." Kalimat pertama (premis) benar, kalimat kedua (kesimpulan) salah:
a. Dalam politik: Misalnya dikatakan, "kaum sosialis memperjuangkan kemakmuran rakyat: jadi, barang siapa mau ikut serta memperjuangkan kemakmuran rakyat, mesti masuk golongan atau partai sosialis." Jika ucapan itu dijabarkan, maka menjadi: Semua sosialis = memperjuangkan kemakmuran rakyat, jadi semua yang memperjuangkan kemakmuran rakyat itu = sosialis. Betulkah hal ini? Kesimpulan ini hanya benar jika sosialis =. satu-satunya. golongan atau partai yang memperjuangkan kemakmuran rakyat!
b.Dalam ilmu: "Semua yang dapat diukur oleh ilmu pengetahuan itu mempunyai arti bagi ilmu; jadi, semua yang mempunyai arti bagi ilmu (harus) dapat diukur, dan yang tak dapat diukur, oleh ilmu pengetahuan itu tak mempunyai arti." (Asas positivisme).
Kesalahan logis 'Latius'
Kesalahan'menarik kesimpulan yang terlalu luas' (kesimpulan yang universal, padahal yang benar hanya putusan partikular) itu disebut kesalahan logis 'latius hos'. Kesalahan'latius hos' berarti mengumumkan, memperluas menjadi putusan universal, jika yang benar hanya putusan partikular, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk putusan umum.
Jika seseorang yang beragama tertentu melakukan kesalahan, maka bukan orang itu sendiri saja yang dipersalahkan, melainkan agama atau golongannya, dengan semboyan-semboyan seperti'agama adalah candu bagi rakyat'. Perlawanan atau oposisi terdapat antara dua putusan, yang mempunyai subjek dan predikat yang sama, tetapi berbeda-beda dalam luas dan atau bentuknya (afirmatif/negatif). Perlawanan atau oposisi memegang peranan yang penting dalam pemikiran sebab apabila antara dua putusan terdapat perlawanan atau oposisi, maka berpangkal dari putusan yang satu dapat kita ambil berbagai kesimpulan tentang benar atau salahnya putusan-putusan'lawannya'.
Di sini kita menjumpai perlawanan kontraris. Putusan 'batu ini putih' dan 'batu ini hitam' itu berlawanan satu sama lain: tidak dapat sekaligus benar (tak ada batu yang sekaligus putih dan hitam) - tetapi dapat kedua-duanya salah (ada batu yang tak putih, tetapi juga tak hitam, misalnya batu yang merah). Putih dan hitam merupakan dua kontras atau dua ekstrem, yang ditengah-tengahnya masih ada banyak kemungkinan lain.
Macam-macam perlawanan
Keempat macam perlawanan akan dibicarakan satu per satu.
Kontradiktoris = Bertentangan Ialah perlawanan antara dua putusan (dengan S dan P yang sama) di mana yang satu hanya menyangkal yang lain tanpa menambah suatu pernyataan positif, jadi hanya'melawan' (= kontra)'pemyataan' (=diktum).
Kontraris = Berlawanan Ialah perlawanan yang terdapat antara dua putusan universal (A dan E), yang mempunyai S dan P yang sama, tetapi berbeda dalam bentuknya (yang satu afirmatif, yang lain negatif). Putusan-putusan yang berlawanan ini tidak dapat sekaligus bersama-sama, benar, tetapi dapat kedua-duanya salah.
Kalau betul bahwa'semua mahasiswa lulus', maka jelaslah bahwa ucapan 'semua mahasiswa tidak lulus' itu salah. Akan tetapi, kalau ucapan'semua mahasiswa lulus' itu tidak benar, belum tentu bahwa'semua mahasiswa tidak lulus'. Dan kalau ucapan 'tak ada mahasiswa yang lulus' itu salah (tidak benar), belum tentu bahwa'semua mahasiswa lulus'.
Subkontraris = "kurang berlawanan 'atdu Perlawanan Bawahan Ialah perlawanan yang terdapat antara dua putusan partikular (I dan 0) yang mempunyai S dan P yang sama, tetapi berbeda dalam bentuknya (yang satu afirmatif, yang lain negatif).
Subaltern = Bawahan Ialah perlawanan antara dua putusan yang mempunyai S dan P yang sama, tetapi berbeda-beda menurut luasnya: universal dan partikular.Perlawanan macam ini terdapat antara putusan A - 1 dan E - 0. Dapat kedua-duanya salah, dapat kedua-duanya benar, dapat juga yang satu benar, yang lain salah.

BAB V
PENYIMPULAN TIDAK LANGSUNG
Kini akan dibahas dua bentuk utama penalaran tidak iangsung, yakni induksi dan deduksi. Keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam prakteknya keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mengisi.
Induksi
Induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus yang berbentuk 'S ini adalah P' (subjek ini adalah predikat). lnduksi mungkin berupa satu proses sederhana, dan seketika itu. Juga terselenggara melalui suatu pandangan (insight), tetapi mungkin pula berupa suatu proses yang panjang, sangat sukar, dan sulit dalam analisis bertahap (gradual analysis), kecermatan pandangan (insight), proses trial and error sebagaimana apabila ilmuwan terlibat dalam penemuan hukum alam atau dalamn masalah ilmiah yang begitu berseluk-beluk seperti masalah-masalah sosial.
Dalam induksi kesimpulan yang dicapai selalu berupa generalisasi (pengumuman), misalnya: "air kotor menyebabkanpenyakit kulit",'bahan kuliah perguruantinggi setiap minggu harus dipelajari secara lebib dalam dari pada bahan pelajaran sekolah menengah', 'sarjana luar negeri lebib bonafid daripada sarjana dalam negeri'. Setiap generalisasi iduktif diperoleh sesudah dilakukan pengamatan bahwa beberapa atau banyak kejadian berakhir dengan hasil yang sama, maka kemudian si pengamat 'yakin' bahwa di waktu yang akan datang, suatu kejadian yang sama juga akan berakhir dengan hasil yang sama.
Apabila diamati hakikatnya, terdapat generalisasi empiris dan generalisasi yang diterangkan. Suatu generalisasi empiris mengatakan bahwa suatu hubungan universal yang ada adalah begini atau begitu. Begitu pengetahuan maju dan sebab serta akibat dipelajari maka suatu generalisasi empiris menjadi generalisasi yang diterangkan.
Induksi Iidak Lengkap dan Hakikat Kesimpulannya
Pengetahuan sehari-hari dan ilmu-ilmu positif empiris banyak memerlukan induksi. Tetapi jarang sekali kita dapat memperoleh induksi yang lengkap. Induksi lengkap diperoleh manakala seluruh kejadian khususnya telah diselidiki dan dicermati. Jika kejadian-kejadiannya tidak semua diamati, namun sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka diperoleh induksi tidak lengkap. Jenis induksi tidak lengkap inilah yang bisa kita peroleh dan kita jumpai. Alasannya sederhana: keterbatasan manusia.
Induksi dan Metode Iimiah
Induksi erat sekali berhubungan dengan metode ilmiah (scientific method). Sebab induksi adalah dasar metode ilmiah. Bahkan tercipta kerangka pikir bahwa, ilmu adalah merupakan penalaran induktif hal ini tentu saja tidak benar. Pengamatan ilmiah terhadap hal-hal yang konkret individual menjurus pada penemuan fakta dan teori-teori serta hipotesis-hipotesis yang merupakan pendapat-pendapat. Semuanya berupa generalisasi-generalisasi induktif. Adalah fakta bahwa penelitian akan menyembuhkan beberapa jenis penyakit kelamin. Tetapi hanyalah suatu hipotesis manakala dikatakan bahwa dosis tinggi vitamin C akan mengurangi kemungkinan terserang pilek. Dalam hal ini tidak pernah dibuat suatu generalisasi faktual, dan agaknya tidak akan pernah ada.
Mungkin sebagai hasil pengujian pertama, dapat Anda peroleh suatu kesimpulan yang benar. Namun demikian, manakala pengujian Anda menunjukkan bahwa hipotesisnya salah, Anda harus membuat suatu pengamatan lebih lanjut, membuat hipotesis lain, dan menguji serta menguj i kembali. Apa bila kesimpulannya salah maka Anda harus memulai seluruh prosesnya kembali, dan memulai kembali. Begitulah Cara dan proses ilmuwan mencari kebenaran.
Deduksi
Deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih. Kesimpulan tersebut benar-benar sesuatu yang baru dan muncul sebagai konsekuen dari hubungan-hubungan yang terlihat dalam proposisi atau proposisi-proposisi tadi.
Deduksi jauh lebih sering terjadi dari persangkaan kebanyakan orang. Hampir setiap keputusan adalah deduksi, dan setiap deduksi ditarik (dideduksikan) dari suatu generalisasi yang berupa generalisasi induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati, generalisasi induktif yang palsu karena salah tafsir terhadap evidensi (bukti) yang ada (pandangan orang tentang malaria -disebabkan oleh udara buruk di waktu lampau), generalisasi induktif semu (generalisasi yang menurut banyak orang bertumpu pada pengamatan terhadap hal-hal khusus yang kenyataannya tidak demikian), dan generalisasi noninduktif yang biasanya diambil dari sistem nilai budaya sebagaimana asumsi-asumsi di bidang keagamaan, ekonomi, perilaku sosial, dan lain sebagainya yang sudab naeresapi kehidupan orang, seringkali tidak pernah diuj i dan dikaji sgcara kritis.
Manakala penalaran deduktif diambil struktur intinya dan dirumuskan secara singkat, maka dijumpailah bentuk logis pikiran yang disebut syllogisme. Penguasaan atas bentuk logis yang disebut syllogisme ini akan sangat membantu mencermatkan langkah-langkah pikiran sehingga terlihat hubungan-hubungannya sebelum mencapai kesimpulan.
Syllogisme
Syllogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-prernis atau pangkal tolak penalaran (deduktif) syllogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah. Bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari prernis-premis tersebut disebut penyimpulan.
Atas dasar premis-premis tersebut kita menarik deduksi. Seringkali tidak dengan seketika dapat dikatakan apakah suatu P (predikat) harus atau dapat diakui atau dipungkiri oleh suatu S (subjek). Maka sebelum pikiran dapat'memutuskan' S = P, diperlukan pertimbangan-pertimbangan dan analisis, yakni pikiran maju langkah demi langkah dengan
membandingkan term S dan P dengan suatu term lain yang dapat menghubungkan S dan P tersebut. Term lain itu disebut term penengah, disingkat M. Peranan M adalah menunjukkan alasan mengapa S dan P dipersatukan atau dipisahkan dalam kesimpulan.
Pada pokoknya, syllogisme mempunyai dua bentuk asli: pertama, Syllogisme kategoris, yakni premis-premisnya berupa pernyataan kategoris: P diakui atau dipungkiri tentang S secara mutlak tidak bergantung pada suatu syarat (karena ... maka ... ). Kedua, Syllogisme hipotetis, yakni premisnya berupa pemyataan bersyarat: P diakui atau dipumungkiri tentang S tidak secara mutlak, melainkan bergantung pada suatu syarat (kalau ... maka .... ).
o Premispertama disebut mayor (putusan induk). Mayor ini mengandung P (predikat) dari kesimpulan; dan biasanya merupakan putusan yang bersifat umum.
oPremis kedua disebut minor (lebih sempit ruang lingkupnya). Biasanya berupa putusan yang lebih konkret.
o Kesimpulan mempersatukan S dan P berdasarkan hubungannya masing-masing dengan M. Perlu dicatat dengan balk:
Syllogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pemyataan kategoris (pemyataan tanpa syarat). Sebagai suatu bentuk logis yang sudah baku, syllogisme, khususnya syllogisme kategoris, bermakna sekali. Dalam percakapan sehari-hari, diskusi, buku dan pidato, jalan pikiran kita jarang dirumuskan dalam bentuk syllogisme. Tetapi begitu masalah'mengapa' dipersoalkan, maka orang akan mencari alasan-alasannya. Di sinilah bentuk logis syllogisme kategoris dapat membantu menunjukkan jalan atau tahap-tahap penalarannya. Misalnya, apabila seseorang ditanya, "Mengapa korupsi itu haram?" Maka akan dicari alasannya, dan kemudian berkata "Karena korupsi adalah mencuri." Jika kemudian diberi bentuk logis, maka dapat diperoleh syllogisme sebagai berikut:
M = P Mencuri itu haram
S = M Korupsi adalah mencuri
S = P 41 Maka korupsi adalah haram
Korupsi adalah mencuri, dan mencuri termasuk hal-hal yang haram —+ maka korupsi haram
Untuk penjabaran pemikiran-pemikiran macam ini menjadi sllogisme diperlukan langkah-langkah berikut:
1.Tentukanlah dahulu kesimpulan yang dikemukakan, kesimpulan biasanya tidak tersembunyi dan dinyatakan dalam kata-kata, seperti: karena itu, maka dari itu, jadi, dan sebagainya.
2.Jika kesimpulan telah dirumuskan, maka dicari apa alasannya yang dikemukakan ("karena"-nya). Alasan ini biasanya menunjukkan M.
3.Jika telah dimengerti S dan P (dari kesimpulan) serta M (dari alasan) maka dapatlah disusun syllogisme, (kesimpulan dulu) (S = P), lalu minor (yang mengandung S dan M), lalu mayor. Mayor ini merumuskan titik pangkal yang sebenarnya.

B. Hukum-hukum syllogisme kategoris
Dalam menyusun suatu syllogisme haruslah diingat aturan-aturan tentang isi dan luas subjek dan predikat agar jalan pikiran itu sah.
1.Term S, P, dan M dalam satu pemikiran harus tetap sama artinya. Dalam syllogisme, S dan P dipersatukan atas dasar pembanding masing-masing dengan M; kalau M itu dalam mayor dan minor tidak tepat sama artinya (= kata analogis atau ekuivokal) maka tak dapat ditarik kesimpulan.
2.Kalau S dan atau P dalam premis partikular, maka dalam kesimpulan tidak boleh universal. Karena kita tidak boleh menarik kesimpulan mengenai'semua' jika premis hanya memberi keterangan tentang'beberapa'.
3.Term M harus sekurang-kurangnya satukali universal.
Anjing itu binatang P = M
Kucing itu binatang S = M
Jadi kucing itu anjing . S = P
4.Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling 'lemah'. Jika kalimat universal dibandingkan dengan kalimat partikular, maka yang partikular disebut yang 'lemah'. Begitupula kalimat negatif itu lebih'lemah' dibandingkan dengan kalimat afirmatif. Cerita yang cabul tidak baik untuk mendidik anak.
C. Syllogisme majemuk
Sekali diketahui prinsip syllogisme, yaitu S dan P dipersatukan atas dasar M, maka syllogisme dapat diperluas menjadi suatu rangkaian dengan memakai lebih dari satu M.
Syllogisme kondisional
Syllogisme kondisional (bersyarat, conditional syllogism) ialat syllogisme yang premis mayornya berupa keputusan kondisional.
Keputusan kondisional = Keputusan yang mengandung suatu syarat, yaitu terdiri dari dua bagian, yang satu dinyatakan benar jika syarat yang dinyatakan dalam bagian lain dipenuhi. Misalnya, 'Jika hujan turun, maka haruslan jalan menjadi basah."
Putusan kondisional itu benar jika hubungan bersyarat yang dinyatakan di dalamnya itu benar dan salah jika hubungan bersyarat itu, tidak benar. Bagian putusan kondisional yang mengandung syarat disebu: antecedens. Bagian yang mengandung apa yang dikondisikan disebu konsekuens. Hubungan antara antecedens dan konsekuens adalah int. putusan kondisional (menentukan benar tidaknya putusan itu).
BENTUK-BENTUK SYLLOGISME KONDISIONAL YANG SAN
Bentuk-bentuk yang terakhir ini paling banter hanya menunjukkan suatu kemungkinan. (Jadi kesimpulan seharusnya: mungkin (A), dan mungkin tidak . Bentuk-bentuk ini hanya sah, jika syarat yang dinyatakan dalam (A) merupakan satu-satunya syarat. Tetapi ini lalu harus dinyatakan pula, dengan mengatakan: "Hanya jika (A), maka B; jadi kalau B; maka pula A."
Orang yang bukan ahli seringkali menganggap teoriteori dan hipotesis-hipotesis itu telah pasti karena adanya kesimpulan yang dapat ditarik dari hipotesis itu. Tetapi seorang ahli mengerti bahwa teori, tetap teori dan hipotesis tetap hipotesis saja. Memang, jalan pikiran dalam ilmu adalah demikian: Kalau hipotesis ini diterima, maka ilmu dapat menerangkan gejala-gejala tertentu. Nah, dengan hipotesis ini kita dapat menerangkan gejala-gejala tertentu itu, jadi ..... hipotesis mungkin benar.
Syllogisme hipotetis dapat dijabarkan menjadi syllogisme kategoris. Misalnya, "Jika tugas pemerintahan ialah menyelenggarakan kepentingan umum, maka is tak boleh hanya mementingkan kepentingan satu golongan tertentu saja dengan mengorbankan kepentingan golongan-golongan lain dalam masyarakat. Nah, tugas pemerintah memang ..... jadi .....°' Ini dapat dijabarkan menjadi: "Yang ada demi kepentingan umum, tidak boleh ..... Nah, tugas pemerintahan justru..... Jadi .....
B.Syllogisme disjungtif
Syllogisme disjungtif ialah syllogisme yang premis mayornya terdiri dari keputusan disjungtif. Premis minor menyatakan atau memungkiri salah satu dari 'kemungkinan' yang disebut dalam mayor. Kesimpulan mengandung kemungkinan yang lain.
Keputusan disjungtif ialah: keputusan yang di dalamnya terkandung suatu pilihan antara dua (atau lebih) kemungkinan (menunjukkan apa yang disebut suatu'alternatif, dinyatakan dalam kalimat dengan atau.. . atau ...).
Dibedakan:
a) Disjungtif dalam arti sempit (dalam arti sebenarnya) Hanya mengandung dua kemungkinan, tidak lebih dan tidak kurang, tidak dapat bersama-sama benar, dan tidak ada kemungkinan ketiga. Jadi, dari dua kemungkinan yang disebut hanya satu dapat benar. Karena itu, 'A atau B' dapat juga dirumuskan: "Tidak dapat bersama-samaA dan B. Nah, A; jadi bukan B." Atau: "Kalau A, bukan B. Nah, A; jadi bukan B."
b) Disjungtif dalam arti luas
Juga mengemukakan pilihan antara dua kemungkinan A atau B, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang disebut itu dapat juga bersama-sama benar, atau ada kemungkinan ketiga. Jadi, satu kemungkinan benar, yang lain mungkin benar juga (tidak mutually exclusive) sebab dapat dikombinasikan. Misalnya: "Dialah yang pergi, atau saya (dapat juga bersama-sama)." Atau: "Memperkecil
Meskipun demikian, syllogisme dan keputusan disjungtif sangat penting dalam praktek. Mengapa? Karena dalam percakapan sehari-hari kerapkali secara diam-diam (implisit) terkandung atau dikemukakan suatu alternatif (hanya kemungkinan, seakan-akan mutually exclusive) - sedangkan dalam kenyataan tidaklah merupakan alternatif, melainkan ada kemungkinan-kemungkinan lain. Hal ini khususnya terjadi dalam berbagai-bagai bentuk propaganda yang suka mengemukakan perlawananperlawanan; yang hanya mengenal dua warna, putih dan hitam; atau mengemukakan perlawanan di mana sama sekali tidak ada perlawanan.
Dilema adalah semacam pembuktian, yang di dalamnya terdiri dari dua atau lebih putusan disjungtif untuk ditarik kesimpulan yang sama; atau dibuktikan bahwa dari masing-masing kemungkinan hares ditarik kesimpulan yang tidak dikehendaki.
Dilema merupakan suatu kombinasi dari berbagai bentuk syllogisme. Mayor terdiri dari sebuah putusan disjungtif. Dalam minor diambil kesimpulan yang sama dari kedua alternatif.
BAB VI
KESALAHAN LOGIS
Kesalahan logis yang di dalam bahasa asing disebut fallacy (Inggris) atau drogreden (Belanda), bukanlah kesalahan dalam fakta seperti misalnya 'Pangeran Diponegoro wafat tahun 1950,' tetapi merupakan bentuk kesimpulan yang dicapai atas dasar logika atau penalaran yang tidak sehat, misalnya 'Dadang lahir di bawah bintang Scorpio, maka hidupnya akan penuh penderitaan.'
Kesalahan logis dapat terjadi pada siapapun juga betapa tinggi intelegensi seseorang ataupun betapa lengkapnya informasi yang dimilikinya, meskipun semakin seseorang tahu bagaimana berpenalaran tertib, semakin kuranglah kemungkinannya terjerumus ke dalam kesalahan logis.
Berikut ini akan dibicarakan berbagai kesalahan logis, agar dapat dikenali identitasnya sehingga dapat ditanggulangi kemungkinannya.
Generalisasi Tergesa-gesa
Kesalahan logis yang ini sekadar akibat dari induksi yang salah karena berdasar pada sampling hal-hal khusus yang tidak cukup, atau karena tidak memakai batasan (seperti: banyak, sering, kadang-kadang, jarang, hampir selalu, di dalam keadaan tertentu, beberapa, kebanyakan, sebagian besar, sejumlah kecil, dan lain sebagainya.
Generalisasi tergesa-gesa terjadi karena kecerobohan, tidak mempunyai dasar induktif yang sehat. Lihat, misalnya, ucapan atau ungkapan sebagai berikut:
1.Para mnahasiswa menolak NKK beserta BKK-nya.
2.Guru-guru tidak sadar akan masalah-masalah yang paling mendesak dari murid-muridnya.
3.Kejahatan-kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini berlatar belakang politik.
4.Semua orang Inggris kaku.
5.Tokoh-tokoh buruh menggunakan taktik penipuan dalam menarik anggota baru.
Non Sequitur ('Belum Tentu')
Kesalahan logis non sequitur (istilah bahasa Latin, berarti tidak mengikuti, it does notfollow) yang di sini diindonesiakan dengan'belum tentu' mengerti akan kesalahan yang terjadi karena premis yang salah dipakai. Non sequitur merupakan loncatan sembarangan dari suatu premis ke kesimpulan yang tidak ada kaitannya dengan, premis tadi. Hubungan premis dan kesimpulan hanya semu, hubungan yang sesungguhnya tidak ada.
Analogi Palsu
Analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu ide dapat dipercaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi jelas. Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi palsu dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi palsu adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cars membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala negara dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut; begitu pula apabila kepala negara dibunuh, maka negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi palsu.
Penalaran Melingkar
Penalaran melingkar adalah kesalahan logis karena si penalar meletakkan kesimpulannya ke dalam premisnya, dan kemudian memakai premis tersebut untuk membuktikan kesimpulannya. Jadi, kesimpulan dan premisnya sama (begging the question). Di dalam diskusi atau penalaran hendaknya kita waspada, apakah para pembicara tidak mengasumsikan di dalam premis-premisnya kesimpulan-kesimpulan yang dicobakan untuk diyakinkan agar Anda menerimanya.
Deduksi cacat
Manakala kita memakai suatu premis yang cacat di dalam menarik suatu kesimpulan deduktif, besar kemungkinan kesimpulannya juga cacat. Penggunaan premis yang cacat sangat sering terjadi hingga seyogianya di dalam penalaran atau diskusi yang serius kita berhenti sejenak dan mempertanyakan premis-premis yang kita pakai.. Apakah premis-premis tersebut dapat dijadikan gantungan yang sah bagi kesimpulan.


Pikiran Simptistis
Pikiran simplistis adalah kesalahan logis karena si penalar terlalu menyederhanakan masalah. Masalah yang begitu berseluk-beluk disederhanakan menjadi dua kutub yang berlawanan (karenanya disebut pula pikiran polarisasi), atau dirumuskan hanya ke dalam dua segi, yaitu hitam-putih, atau dirumuskan sebagai hanya dua pilihan ini atau itu. Jelas penyederhanaan di atas, atau dua kutub, atau dua segi, atau dua pilihan tersebut tidak sehat karena di dalam bidang perilaku manusia yang sangat berseluk beluk jarang sekali terdapat barang-barang atau gagasan-gagasan itu yang selalu baik atau buruk, hitam atau putih, benar atau salah, dan seterusnya. Telah ada nuansa, umumnya bahkan barang-barang atau gagasan-gagasan tadi berupa campuran baik dan buruk, hitam dan putih, dan sebagainya.
Argumen ad Hominem
Kesalahan logis ini terjadi karena kita tidak memperhatikan masalah yang sesungguhnya dan menyerang orangnya, pribadinya. Sebagian pelajar dalam usaha menunjukkan bahwa guru yang tidak disukainya itu guru' yang jelek cara mengajarnya. Maka mereka menyerang caranya guru tersebut berpakaian, menyerang kehidupan sosialnya, menyerang pandangan politiknya, menyerang potongan tubuhnya, dan lain-lain segi pribadi guru tersebut yang sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan kemampuan mengajarnya.
Argumen ad. Populum
Sasaran kesalahan logis argumen ad populum adalah kelompok, bukan masalahnya. Argurnen ad populum sering terdapat pada pidato-pidato yang diarahkan pada kelompok yang kurang maju daya kritiknya. Orang-orang yang tidak tahu atau tidak cukup informasi akan mudah digelorakan perasaannya untuk membenci kelompok atau golongan lain.
Kewibawaan Palsu
Kewibawaan terkadang dibutuhkan untuk inemberi bobot pada penalaran kita. Pengutipan seorang ekspert patut diberi perhatian dan sangat dibenarkan. Manakala, misalnya seseorang akan berargumentasi tentang ekologi di Indonesia, sepantasnya digunakan buab pikiran ekspert Prof: Oto Sumarwoto (dari Bandung) manakala orang berbicara tentang kehendak merdeka, dapat kiranya dikutip Principle of Uncertainty dari fisikus Werner Heisenberg; sedangkan manakala orang hendak melawan kehendak merdeka dan mendukung deterniinisme (paharn yang mengatakan bahwa semua telah serba ditentukan), dapat kiranya isi mengutip kewibawaan Albert Einstein yang menampik teori Heisenberg, dan menegaskan bahwa alam raya bersifat detenministik.
Kesalahan logis dari kewibawaan palsu adalah karena dipakainya kewibawaan bukan yang sesungguhnya. Henry Dunant, misalnya, dipakai sebagai ekspert dalam berbicara tentang masalah-masalah politik, atau Einstein sebagai kewibawaan dalam menulis tentang nutrisi anak balita.
Sesudahnya Maka Karenanya (Post hoc ergo propter hoc)
Kesalahan logis ini berkaitan dengan salah interpretasi terhadap hubungan sebab akibat. Di dalam kehidupan manusia pada umumnya, terdapat peristiw-aperistiwa sederhana, peristiwa-peristiwa yang cukup berseluk-beluk, dan peristiwa yang sangat berseluk-beluk. Semua itu mempunyai sebab, Sebab dari suatu peristiwa sederhana mungkin dapat ditentukan dengan mudah. Misalnya Pak Guru tidak dapat datang mengajar karena beliau sakit dan diopname. Kita yakin akan sebabnya. Tetapi suatu peristiwa yang agak berseluk-beluk mungkin tidak mudah menentukan sebabnya.
Berhubung penalaran logis kita menyangkut peristiwa dan idea, maka sering kali kita harus mengetahui sebab atau berbagai sebab dari suatu peristiwa atau berbagai peristiwa untuk dapat melanjutkan penalaran dan mencapai kesimpulan yang sehat. Di sinilah sering terjadi salab tafsir terhadap hubungan sebab-akibat. Salah satu bentuk salab tafsir dalam masalab hubungan adalah 'sesudahnya maka karenanya' (post hoc ergo propter hoc).
Kesalahan logis 'sesudahnya maka karenanya' sering terjadi di dalam praktek kehidupan. Penyebabnya adalah kita sering ceroboh dalam mengidentifikasi yang benar-benar menjadi sebab sesuatu. Sesuatu yang mendahului sesuatu lain tidak harus atau tidak tentu menjadi sebab dari sesuatu yang terjadi kernudian.
Tidak Relevan (Tidak Bergayutan)
Kebanyakan orang sering merasa sulit untuk tetap memegang pokok masalah. Sering kali kita tergoda untuk menyeleweng dari pokok masalah atau, bahkan, tidak menghiraukan sama sekali pokok masalahnya. Seorang bawahan tidak mau menerima teguran atasan dan, bahkan, mencari pembenaran perbuatannya atas dasar bahwa atasannyajuga berbuat yang tidak benar itu. Tetapi, apabila atasannya betul berbuat yang tidak benar, maka ia pun hares ditindak oleh atasan tersebut. Kesalahan atasan, jika itu ada, tidak dapat membenarkan kesalahan bawahan. Manakala hal tersebut dijadikan landasan penalaran maka berarti lari ke hal yang tidak relevan.
B.MANFAAT BAGI PEMBACA
Manfaat yang saya dapatkan darai hail membaca buku ini sangat luar biasa banyak sekali. Manfaatnya adalah saya dapat memahami bagaimana peran logak dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama saat saya berinterksi di lingkungan masih banya saya salah mengunakan logika, akan tetapisetelah saya membaca buku ini saya jadi tahu bagaiman saya harus menggunakan logika dalam bergaul di masyarakat.
Dari buku ini saya juga jadi lebih banyak tahu bahwa hal-hal yang sepelepun harus bisa kita logikan sehingga kita jadi terbiasa berpikir sistematis walau dalam hal sekecil apapun bentuknya. Dari hasil pikiran yang sistematis saya jadi mencari pokok permaslahan yang sedang saya hadapi, sehingga saya tahu solusi apa yang tepat untuk saya gunakan dalam masalah tersebut.
Dalam buku ini di beberkan bagaimana logakakan semua permasalahn yang kita hadapi sehingga kita menjadi mudah untuk menjawab sebuah permasalahan yang kita hadapi dan memahami lagka-langka apa yang harus kita terapkan dalam masalah tersebut. Saya juga dapat memahmi apa itu logika, bagimana cara kerja logika yang benar serta pedoman kerja logika itu sendri.
Selain dari banyak hal diatas saya juga dapat memahmi apa itu pengertian dan apa itu perkatan. Dari buku ini juga memahami bagaimana cara menyimpulkan yang baik agar pokok permasalahnya dapat di simpilkan dengan benar. Walaupun tidak secara sempurna saya memahmi buku ini, tapi saya sudah belajar banyak ari buku ini.
C.KOMENTAR KRISTIS
Kelebihan
Buku ini menggunakan bahasa yang sederhana karena bahasa buku ini muda di mengerti oleh mahasiwa/i. Dalam pemaparanya buku ini menggunakan banyak contoh-contoh yang mudah di pahami oleh mahsiswa/i. Pemaparan yang sangat jelas dari buku yang mengunakan banyak contoh-contoh yang mudah di pahami sehingga mahasiswa/I lebih cpat mengerti isi yang di kandung buku tersebut.
Dalam buku ini pada setiap babnya di sediakan latihan-latihan yang dapat menuntun pembaca untuk lebih memahami isi buku tersebut. Dengan banyaknya latihan maka pembaca buku ini akan di pandu untuk lebih cepat memahami isi buku ini.
Kekurangan
Buku ini walaupun sudah banyak kelebihanya akan tetapi masih ada kekuaranganya, kekurangan buku ini terletak pada pembahasan buku yang berbelit cara penyampain yang tidak lagsung sehingga membuat pembaca bingung dalam menagkap intisari yang di kandung ataupun maksud yang ingin di sampaikan oleh si penulis kepada pembaca. Walupun sudah di sajikan dengan bahasa yang sederhana masih saja sulit untuk di pahami seutuhnya oleh pembaca karena pembahasan buku yang di sebelumya sudah di bahas nanti di bahas lagi pada bab selanjutnya, sehingga memahami suatu materi tidak berurutan.


D.KESIMPULAN
Dalam makalah yang sederhana ini dapat saya simpulkan membahas logika ilmu menalar. Logika adalah ilmu dan kecakapan berpenalaran, berpikir dengan tepat. Dalam logika ada dua cara berpikir yaitu secara induksi dan deduksi. Pada bab kedua buku ini membahas ‘pengertian dan perkataan’, dalam pembahasan ini kita akan memgetahui apa itu kata, kata adalah tanda lahi yang menunjukkan baik barang-barang baik pengertian-pengertian kita tentang barang tersebut. Kita juga akan mengetahui apa itu term, term adalah bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai ( Sdan P).

PERTANYAAN SEPUTAR AL-QUR’AN

1.Sebutkan nama-nama Al-Qur’an dengan lengkap, dan jelaskan nama-nama tersebut dengan mengunakan ayat!
Jawab:
a.Al-Qur’an (bacaan yang berkualitas) sebagaiman di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 9 yang artinya”Sesunggunya Al-Qur’an ini member petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan member kabar gembira kepada orang-prang mu’min yang beramal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar”

b.Al-Kitab (kita suci) nama Al-Qur’an ini tergambarkan dalam Q.S Al-Anbiya ayat 10 yang artinya “Sesungguhnya kami telah menurunkan kita yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidakmemehaminya?”

c.Al-Furqan (yang membedakan antara yang haq dan yang batil) sebagaimana di sebut dalam Q.S Al-Furqan ayat 1 yang artinya “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”

d.Al-Dzikru (peringatan/ menyadarkan manusia kepada tuhannya) nama Al-dzikru ini tersirat dalam Q.S Al-hijr ayat 9 yang artinya “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Dzikru (Al-Qur’an) sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”

e.Al-Tanzil (yang diturunkan dari Allah) nama ini tersirat dalam Q.S Asyu’ara ayat 192-195 yang artinya” Sesungguhnya Al-Qur’an ini Tanzil,benar-benar diturunkan tuhan semesta alam; Dia dibawah turun oleh Al-Ruh al-Amin; kedalam hatimu agar kamu menjadi seorang diantara mereka yang member peringatan; dengan bahasa arab yang jelas”

f.An-Nur (Cahaya) nama An-Nur ini terkandung dalam Q.S An-Nisa ayat 174 yang artinya “Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadau kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan Mukjizatnya) dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang”

g.Al-Tibyan (Penjelasan)

h.Al-Huda ( Petunjuk,bimbingan arahan)

i.Ar-rahman (Rahmat)

j.Al-Busyara (Berita gembira bagi kaum yang beriman)

k. Al-Syifa (Obat yang menyembuhkan)
l.Al-Maw’idhah (pelajaran atau nasihat yang menyentuh hati)

2.Apa maksud Al-Qur’an lafaz dan makna?
Jawab:
Al-Qur’an kalam Allah lafaz dan makna mengandung arti:
1.bahwa malaikat jibril membacakan ayat Al-Qur’an kepada Rasulullah S.A.W seperti yang di sampaikan beliau kepada para sahabat dan sampai kepada kit secara ontentik, tidak ada penambahan, pengurangan dan perubahan apapun.
2.Jika Nabi Muhammad S.A.W menerima dari malaikat Jibril hanya berupa ide,pikiran, atau makna, lalu beliau memilih diksi dan redaksi dalam bahasa arab, maka kemungkinan terjadi distorsi antara ide yang di kehendaki Allah dengan kemampuan Nabi membahasakanya. Hal itu tidak akan terjadi karena Nabi menerima Al-Qur’an dengan lafaz dan makna.

3.Uraikan nilai-nilai edukasi dalam proses nuzulul Al-Qur’an!
Jawab:

4.Apa sebenarnya wahyu itu!
Jawab:
Wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada para nabi dan Rasul Allah.

5.Bagaimana proses pewahyuan Al-Qur’an berlangsung?
Jawab:
Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dalam proses pewahyuannya, terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya:

* Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi mengatakan: Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku, (QS. asy-Syura:51).
* Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat menghafal kata-kata itu.
* Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini dirasakan paling berat bagi Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat, meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang unta Baginda Nabi terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika Nabi sedang mengendarai unta.
* Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi benar-benar sebagaimana rupa aslinya,(QS. an-Najm:13-14).

6.Jelaskan perbedaan Al-Qur’an, Hadist Qudsi, dan Hadist Nabi!
Jawab:
a. Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18).
b. Hadits Qudsi berasal dari kata quds yang berarti menyucikan ALLOH SWT. hadits Qudsi ialah hadits yang oleh Rasululloh SAW disandarkan kepada ALLOH SWT. Maksudnya Rasululloh SAW meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam ALLOH SWT. Maka rasul menjadi perawi kalam AllaH SWT ini dari lafal Nabi sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadits qudsi maka dia meriwayatkannya dari Rasululloh SAW dengan disandarkan kepada ALLOH SWT, dengan mengatakan:

`Rasululloh SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`,

atau ia mengatakan:

`Rasululloh SAW mengatakan: ALLOH SWT telah berfirman atau berfirman ALLOH SWT .`

Contoh yang pertama:
`Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasululloh SAW mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan ALLOH SWT itu penuh, tidak dikurangi oleh nafkah, baik di waktu siang atau malam hari.`

Contoh yang kedua:
`Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasululloh SAW berkata: ` ALLOH SWT berfirman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu.`
c. Hadits (bahasa Arab: الحديث, ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an. Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada saat ini kata hadits mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda.

7.Bagaiaman Al-Qur’an di pelihara di zaman Nabi Muhammad S.A.W?
Jawab:
1.Pada jaman Nabi Al-Qur’an di pelihara dengan cara menghafal dan para sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur’an. Selain itu Al-qur’an juga di tulis di atas tulang, serta pelepah kurma.
2.Dilakukan oleh para sahabat yang ditunjuk oleh Nabi sebagai kuttab al-wahyi (pencatat wahyu) seperti zaid bin tsabit.

8.Apa yang di maksud dengan kondifikasi Al-Qur’an?
Jawab:
Kondifikasi Al-Qur’an adalah pembukuan Al-Qur’an pada masa abu bakar yang di usulkan oleh umar.

9.Mengapa Umar mengusulkan Kondifikasi Al-Qur’an kepada Abu Bakar?
Jawab:
Karena alasan umar adalah:
1.Banyak sahabat yang menhafal Al-Qur’an syahid dalam medan perang sehinga penghafal Al-Qur’an semakain sedikit.
2.Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam sehingga banyak dari sahabat yang pindah ke daerah di luar mekkah dan madinah. Jika tidak di kondifiksi makan sahabat yang menghafal Al-Qur’an semakin jauh darai mekkah dan madinah.

10.Bagaiman pelaksanaan Kondifikasi Al-Qur’an pada masa Abu bakar?
Jawab:
Kondifikasi Al-Qur’an pada masa Abu Bakar adalah Abu Bakar membentuk panitia untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur’an, serta Al-Qur’an yang di tulis di tulang unta dan pelepah kurma. Setelah terkumpul lalu Al-Qur’an di tulis dalam kertas sesuai dengan susunanya yang di kehendaki oleh Allah.

11.Sebutkan 5 manfaat kondifikasi Al-Qur’an!
Jawab: 1.Mengumpulkan Al-Qur’an yang terurai.
2.Menghindari terjadinya pemalsuan terhadap Al-Qur’an.
3.Menyeragamkan Al-Qur’an.
4.Menghindari terjadinya pertukaran antara Hadist dan ayat Al-Qur’an.
5.Agar lebih mudah di sebarkan karena wilayah kekuasan islam semakin meluas.