AKTIVIS RELAWAN MAHASISWA INDONESIA

TMII

TMII

Kamis, 25 Maret 2010

AQIDAH ILAHIAH ILMIAH

Azas-azas hubungan antara manusia dengan Allah itu telah banyak di bahas dalam ilmu tentang tauhid, ilmu ma’rifat,ilmu ubudiah dan semacamnya. Dalam tulisan ini saya ingin mendekati masalah tauhid dari segi ilmiah ilahiah, berdasarkan aksiomatika ilmiah ilahiah. Allah itu adalah zat yang ghaib. Salah satu unsur diri manusia juga ghaib, yaitu roh.Hubungan Allah dengan roh terjadi dengan sendirinya termasuk masalah yang ghaib, tidak dapat diindrai tidak dapat di teliti dengan tehnik ilmiah uji coba.
Oleh sebab itu wahyu Allah di sampaika-Nya, melalui Rasul-Nya, Muhammad s.a.w, merupakan satu-satunya sumber ilmiah. Untuk dapay memahami, bahwa wahyu itu sumber ilmiah, maka konsepsi tentang apa yang disebut ilmiah perlu ditata kembali.
Apakah hukum alam itu berarti bahwa alam itu membuat hukum berlaku bagi dirinya sendiri, atau hukum alam itu sudah ada dengan adanya alam itu sendiri begitu saja, atau mungkin ada falsafah lain? Semua itu sama saja, yaitu sama teori hasil pemikiran, dan berdasarkan hipotesa yang di yakini sebagai benar, walaupun kebenaran itu belum ada.
Pernyataan mereka bahwa Allah itu tidak ada atau ada Tuhan yang lain selain Allah, itu juga hipotesa, dan mereka tidak dapat menujukan buktinya semua itu hanya meduga-duga saja.
Dalil , Surat At-Taubah,Ayat 30:
Artinya:”Orang Yahudi menyatakan: ‘UIzair itu anak Allah’. Orang Nasrani menyatakan:’Isa itu anak Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka hanya meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allalah mereka . Bagaimana mereka sampai berpaling.”
Ditinjau dari cara mendudukinya , maka sunnatullah itu di bagi menjadi dua golongan. Sunnatullah golongan yang pertama adalah sunnatullah yang ditunduki oleh mahluk yang tidak sempurnakan dengan sistim pikir dan sistem akhlak, yang mampu dan mempunyai kebebasan memilih. Mahluk seperti ini menduduki sunnatulla secara terpaksa yang pola pilihanya telah di tetapkan oleh Allah, seperti naluri. Sunnahtullah golongan kedua adalah mahluk yang diberi akhlak, dan kebebasan memilih, seperti malaikat,roh, dan jin.
Selain Allah adalah mahluk, dan tidak ada tuhan selain Allah. Setiap makhluk itu adalah ciptaan Allah dan setiap ciptaan Allah itu hanya tunduk kepada Allah saja. Tidak ada makhluk yang tunduk kepada mkhluk.
Dalil, Surat Ar-Ra’d, ayat 15:
Artinya:”Hanya kepada Allahlah sujud segala yang ada di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun de ngan terpaksa, dan(sujud pula)baying-bayangnya di waktu pagi dan petang”.
Dari pernyataan Allah ini, sekali lagi perlu di tegaskan bahwa tidak ada makhluk. Dan bahwa makhluk itu hanya tunduk kepada Allah saja. Dari pernyataan Allah di atas dapat pula diambil kesimpulan lain, yaitu ada makhlauk yang tunduk kepada Allah dengan kemauan sendiri, dengan sukarela dan ada pula makhluk yang tunduk kepada Allah dengan terpaksa. Suatu dikatakan tunduk secara terpaksa, apabila makhluk itu tidak mempunyai pilihan lain selain daripada melaksanakan satu cara atau jalan yang di berlakukan Allah kepadanya.
Dalil, Surat Adz-dzariayat, ayat 56:
Artinya:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”.
Tidak satupun manusia atau syetan sekalipun yang dapat membangkang kepada sunnatullah. Tidak ada manusia yang tidak mati, walaupun dia tidak mau ataupun dia berobat ke dokter yang panlinga ahli sekalipun pasti dia akan tunduk kepada perintah Allah.
Sunnah Allah sepanjang yang telah di kenal dalam ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hayat, dan lain-lain, selalu hanya berlaku dalam situasi tertentu. Sunnah Allah yang di kenal dengan hukum bejana berhubungan hanya berlaku terhadap air selama dalam lingkungan gaya tarik bumi. Di angkasa luar sunnah itu tidak berlaku lagi, demikian pula suatu reaksi kimia yang biasanya hanya berlaku pada suatu tekanan dan suhu tertentu. Sampai batas-batas tertentu manusia dapat mengatur situasi itu, sehingga manusia dapat mencapai sesuatu berdasarkan sunnah Allah yang di ketahuinya.
Yang pasti ialah manusia tidak dapat mengubah dan mengatur perputaran bumi sekitar matahari. Pada hal akibat dari putaran bumi sekitar matahari, sehingga timbulnya siang dan malam, kenyataanya adanya distribusi dan adanya pengiliran permukaan bumi yang terkena cahaya matahari, kenyataan bergeraknya angin, awan, hujan dan membanjirnya sungai-sungai, hidup matinya tumbuhan, hewan, dan manusia serta menentukan nasib manusia di muka bumi ini.
Yang dimaksud denagan situasi adalah makhluk-makhluk yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dengan ikhtiar manusia. Padahal setiap manusia itu hanya tunduk kepada Allah saja. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam usahanya, apapun usahanya. Dan tentu semua orang itu menyadari bahwa kegagalan itu terletak kepada faktor atau makhluk yang tidak di ketahui sebelumnya. Seorang tidak akan bertindak kalau dia tahu akan gagal. Jadi kegagalan manusia itu terletak pada factor makhluk yang ghaib baginya sebelumnya.sebenarnya ikhtiar hidup sukses pun tergantung juga kepada pengaruh factor atau makhluk yang ghaib. Hanya saja orang sering menyalakan diri atau tidak mau mengakui bahwa suksenya itu juga tergantung kepada makhluk-makhluk yang ghaib baginya.
Dalil, surat Al-fil, ayat 1-5:
Artinya:”Apakah kamu tidak memperhatikan, bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telak menjadikan tipu daya mereka(untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu yang berasal dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat”.
Ayat itu menyakut cerita tentang bagaimana nasib bala tentara Abraham yang berkendaraan gajah dari Abasiyah yang datang ke negeri Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah.Pasukan Abraham yang berkendara gajah begitu lengkap dan besar, sehingga bani Khasy’am yang pada waktu itu bertanggung jawab atas keamanan Ka’bah memutuskan untuk tidak melawan, mereka menyikir. Namun tetara Abraham tidak menduga akan datangnya burung-burung yang melemparkan batu panas.
Bumi itu berputar pada sumbunya, sambil mengelilingi matahari, sementara itu ia di kelilingi oleh bulan. Kelihatanya sederhana saja. Bumi, matahari, dan bulan sedang berujud tunduk kepada Allah, menaati sunnatullah yang berlaku baginya. Bumi berputar pada sumbunya mengakibatkan adanya siang dan malam.
Dalil, Surat 91 , ayat 1-5:
Artinya:”Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Demi bulan apabila mengiringinya. Demi malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinanya”.
Pada waktu pagi, fajar mulai menyingsing, maka burung-burung mulai berkicau, ayam jantan berkokok azan subuh berkumanda dan burung-burung mengeliat, sambil bersiul dan bernyanyi, bersiap-siap berjuang untuk hidup kadang-kadang berkelahi sampai mati.
Anehnya perjungan semua mahkluk tersebut sangat penuh dengan semanggat dalam batas waktu yang telah di tentukan, siang atau malam. Dengan demikain hubunggan antara takdir dan sunnatullah, binatang-binatang adalah makhluk hidup mereka perlu makan, dan minum. Mereka di ciptakan sepasang-sepasang dan bisa saling menyukaiterhadap lawan jenis.
Selain hewan-hewan dan tumbuhan yang di ciptakan Allah di muka bumi ini , Allah juga menciptakan manusia, dan manusia ini di lengkapi dengan sistim pikir yang dapat membuat manusia untuk belajar dan menerima ilmu-ilmu dan nilai-nilai normatif. Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, menjaga bumi, mengelolah bumi dan memanfaatkan potensi bumi untuk kebaikan.Bukan hanya manusia yang di ciptakan oleh Allah dengan sistim pikir tapi ada juga malaikat dan jin yang mempunyai sistem pikir dan akhlak dengan kadar yang berbeda. Malaikat mengambil posisi taat kepada Allah saja, dan dapat juga bersifat netral tergantung apa yang di perintahkan oleh Allah.
Semua kejadian yang kita rasakan dan kita lihat maupun kita dengar telah di atur oleh zat yang Maha kuasa (Allah). Demikianlah Akhlaka kita memberi petunjuk tentang keharusan adanya suatu zat di luar kita yang menggatur dan menetapkan semua apapun yang harus di jalani oleh makhluknya.
Hubungan roh manusia dengan Allah adalah hubungan yang berlangsung secara sadar. Roh yang mengatur hubungan denggan Allah itu bukan panca indera dan syahwat, mekanisme hubungan roh dengan Allah di selenggarakan oleh sistem pikir dan sistem akhlak, yaitu sistem yang berkerja berdasarkan sunnah Allah, yang bersifat penilaian, murni rohaniah. Sistem pikir berkerja berdasarkan atensi, sdangkan sistem akhlak membedakan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk berdasarkan kriteria-kriteria daripada prinsip-prinsip manusiawi.
Mekanisme hubunggan roh dengan Allah berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap pengangkatan setiap ikhtiar yang dilaksanakan ke tingkat sadar, sehingga menjadi sistem pikir dan sistem akhlak. Tahap ini sering di sebut dengan tahap zikrullah. Tahap kedua ialah proses penilaian oleh sistem pikir dan sistem akhlak, sehingga terbentuk suatu niat atau rencana tentang tujuan dan cara-cara melaksanakan suatu amal, tahap ini disebut juga tahap proses pembentukan niat atau kehendak. Tahap yang ketiga adalah tahap pengamalan yaitu tahap pelaksanaan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka manusia akan berhadapan dengan makhluk lain.
Rukun iman dan rukun islam adalah tiang-tiang tumpuan rohaniah yang harus selalu di sadari dan dihidupkan dalam hati, sehingga merupakan dasar-dasar hujjah bagi segala kegiatan hati, pikiran, perhatian, dan perbuatan dalam setiap ikhtiar hidup.
Percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat-malaikatnya, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada Rasul-Rasul Allah, percaya kepada hari akhir dan percaya kepada qoda-qadar Allah. Dari kepercayaan kita itu akan melahirkan tiang-tiang rohaniah yang harus selalu di hidupkan di dalam hati, dan harus di angkat-angkat ke atas permukaan kesadaran agar berfungsi dalam setiap tingkah laku dan ikhtiar kita.
Akhirnya semakin jelaslah bahwa titik yang paling berbahaya dalam memantapakan integrasi antara iman dengan ilmu dalam amal adalah kecendungan gejalah hati. Allah itu ghaib bagi manusia tidak dapat di indrai, amal manusia secara jasadiyah hanya mengenai alam nyata.
Akhirnya semakin jelaslah bahwa titik yang paling berbahaya dalam memantapkan integrasi antara iman dan ilmudalam setiap amal adalah kecenrungan gejalah hati. Titik integrasi adalah hubungan dengan Allah, karena Allah itu ghib bagi manusia dan tidak dapat diindrai. Amal manusia secar jasadiah hnya dapat mencakup mengenai alam nyata saja, sedangakan hubungan amal secara jasadiah dengan alam nyata tunduk kepada sunnah Allah yang mengatur alam nyata itu sendiri. Hubungan manusia dengan Allah yang ghaib itu bersifat ghaib pula, yaitu pada niat yang mendorong dan mengarahkan pada setiap amal manusia.
Nilai shalat seeorang terletak pada niat yang ada dalam hati seorang insan itu sendiri. Nilai amal itu terletak kepada niatnya, karena bentuk pokok amal hati yang menghubungkan manusia dengan Allah tidaklah banyak. Hubungan antara mahluk dengan Allah adalah hubungan perhambaan dalam rangka sifat kasuh sayang Allah, ketaatan yang di dorong oleh rasa cinta yang iklas, bersyukur ata nikmat-nikmatNya, beristigfar atas kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dan memuja kemahakuasaaNya, dan semua sifat kesempurnaaNya.
Roh itu merupakan suatu pesona, yang dapat berhubungan baik dengan mahluk nyata maupun mahluk ghaib, dan roh itu tunduk kepada sunntullah. Dalam berhubungan dengan mahluk nyata ruh menggunakan prlengkapan jasadiah, mekanisme sistem indra dan syahwat serta sistem pikir dan akhlak. Sedangkan dalam berhubungan dengan mahkluk ghaiab, roh itu tidak lagi menggunakan pelengkapan badaniah dari sistem indra, sistem syahwat, sistem pikir dan akhlak. Dalam hubungan dengan makhluk ghaib dan dengan Allah, roh itu hanya menggunakan unsur rohaniah dari sistem indra, syahwat, pikir dan sistem akhlaknya saja.
Sedangkan kekuatan yang meghubungkan makhluk-makhluk ghaib dan dengan Allah itu adalah kekuatan rohaniah, komunukasi rohaniah, gerak hati yang membentuk suatu konsepsi, makna, pengertian. Gejala rohaniah yang timbul dalam hubungan tanpa atau melalui perlengkapan jasadiah sistem indra dan syahwat itu tetap saja berupa nikmat dan siksaan.
Dalil, Surat Al-Fatihah:
Artinya:”Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah lagi maha Penyayang. Yang menggusai hari pembalasan. Hanya kepada Engkau tempat kami mengabdi, dan hanya kepada Engkau tempat kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan oranr-orangyang telah Engkau anugerahi nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang Egkau murkai dan bukn pula jalan yang sesat”.
Jadi hubungan manusia dengan Allah itu adalah hubungan pengabdian. Pengabdian itu lahir atas dasar pengakuan, atas dasar kesadaran bahwa Allah itu adalah Tuhan semua makhluk dan alam semesta. Allah yang menciptakan semua makhluk dan hanya Dialah satu-satunya yang menetapkan hukum atau jalan yang akan di lalui oleh semua makhluk. Allah jualah yang menetapkan kadar setiap makhluk dan makhluk itu hanya dapat mengikuti jalan yang sesuai dengan kadarnya. Pengabdian itu ditimbulkan oleh dorongan yang lahir dari jiwa manusia itu sendiri, karena kasih sayng Allah yang telah diterimanya, baik diminta maupun tidak di minta. Bahkan rahmat Allah mengalir melimpah ruah tidak putus-putusnya, walaupun manusia tidak mengakuiNya, atau bahkan menghinaNya. Wujud kasih sayang Allah itu macam-macam, oleh sebab itu bentuk pengabdian kita kepada Allah juga brmacam-macam.
Hubungan manusia dengan Allah itu adalah hubungan pengabdian, kepatuhan, ketaatan terhadap sunnah dan petunjukNya, mengerjakan apa yang di suruh atau di anjurkan oleh Allah, dan menghindari apa yang dilarang oleh Allah, dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat yang telah di tetapkaNya. Oleh sebab itu manusia wajib mencari ilmu pengetahuan mengenai sunnah dan takdir Allah maupun ilmu mengenai apa yang diwahyukan Allah melalui Rasul-Nya dalam bentuk Al-qur’an dan As-sunnah.
Ketaatan atau kepatuhan timbul-timbul dari kesadaran jiwa bahwa setiap sunnah dan petunjuk Allah mempunyai akibat, sangsi atau pembalasan, dan nikmat atau siksaan. Taqwa adalah gejala rohaniah dari seorang hamba tehadap Allah karena takut kepada siksaan Allah yang maha dasyat. Seorang muttaqin percaya adanya akhirat, percaya akan adanya hari pembalasan, akan adanya siksaan neraka dan nikmat surga. Oleh sebab itu badan orang yang taqwa akan gemetar jika mendengar nama Allah disebut, takut kalau ada larangaNya yang terlangkahi, kalau ada suruhanNya yang tidak di kerjakan. Hati yang takut kepada Allah tentulah tidak dapat menyimpan rasa ria. Allah mengasihi orang yang taqwa dan membenci orang yang ria.

Tidak ada komentar: